Pandemi Covid-19 Membuka Banyak Ketimpangan, Apa Saja?

Pandemi Covid-19 Membuka Banyak Ketimpangan, Apa Saja

Ketika awal pandemi ini melanda, sudah terbayang sebetulnya di benak kita apa yang akan terjadi. Ketimpangan akibat adalah salah satu yang menjadi kekhawatiran mengingat perubahan drastis dalam semua sektor kehidupan. Ketimpangan ketika pandemi Covid-19 mulai terlihat seperti membuka selubung.

Akan tetapi di satu sisi ketimpangan yang sudah terjadi sebelum Pandemi Covid-19 justru semakin jelas dan membuka banyak masalah yang tadinya tertutup dari pengetahuan kita. Ini juga diperkuat dengan adanya situasi dan kondisi masyarakat bawah seperti pekerja, orang pinggiran dan lain sebagainya yang semakin berat.

Selain itu ketimpangan yang dirasakan saat Pandemi Covid-19 ini ditambah dengan stigma tertentu yang bervariasi di setiap negara. Masalah yang lahir biasanya lahir dari berbagai sektor, namun pada pandemi ini rata-rata masalah kesehatan selalu ditabrakkan dengan isu di bidang ekonomi. Hal inilah yang membuat masalah ketimpangan terlihat jelas disamping sektor lainnya.

Pandemi Covid-19 Membuka Banyak Ketimpangan

Tulisan ini akan mencoba memaparkan sejumlah ringkasan ketimpangan yang terjadi dari berbagai sektor yang terjadi selama Pandemi Covid-19 ini secara umum. Menurut penulis, terdapat empat sektor utama yang menjadi konsen utama yaitu, kesehatan, pendidikan, ekonomi dan sosial.

Masalah sektor mana yang paling dominan bukanlah konsen utama penulis dalam tulisan ini. Namun bagi penulis masalah per sektor ini menyumbang sejumlah ketimpangan yang dikhawatirkan justru melebar dan berpotensi melahirkan ketimpangan baru di tahun pandemi ini.

  1. KesehatanKetimpangan Sektor Kesehatan

Awal pandemi berlangsung, sektor inilah yang langsung terpukul. Mungkin kalimat itu cocok untuk menggambarkan sektor ini. Para dokter dan ahli kesehatan langsung dibuat pusing dengan kehadiran virus ini. Bahkan tenaga kesehatan menjadi korban pertama bukan hanya ganasnya virus Corona ini. Namun juga sempat mendapatkan perlakuan tak menyenangkan baik dari aparat negara maupun masyarakat.

Masih ingat dengan dokter Li Wenliang yang pertama kali mengungkap virus Corona ini di Wuhan? Dia dituduh aparat setempat di Wuhan sebagai penyebar hoax dan dipaksa menandatangani bahwa yang ia informasikan adalah kebohongan. Hingga pada akhirnya ia meninggal juga karena virus ini beserta koleganya.

Bagaimana di Indonesia? Jawabannya tidak jauh serupa. Tenaga medis cenderung masih diabaikan dan dalam beberapa hal diserang oleh berbagai isu konspiratif. Selain itu terdapat beberapa kekerasan yang juga dialamatkan kepada tenaga medis.

Kompleksnya masalah mengenai hal ini berimbas pada stigma tenaga medis dan korban Covid-19 semakin meningkat. Kesadaran masyarakat memang akan kesehatan memang meningkat namun bagi keduanya sama-sama memikul beban yang lebih berat akan hal tersebut.

Sektor satu ini memang pada akhirnya mendapatkan perhatian lebih saat ini. Namun pandemi Covid-19 ini sudah terlanjur membuka berbagai permasalahan kesehatan yang selama ini dikeluhkan banyak pihak.

Ketersediaan alat bagi para dokter, pelayanan akses dan perbedaan fasilitas kesehatan adalah yang paling kentara ketika pandemi ini berlangsung. Misalnya di Papua, dokter disana mengeluhkan ketersediaan alat APD karena akses yang berbeda.

 

  1. PendidikanKetimpangan Sektor Pendidikan

Sektor pendidikan adalah salah satu sektor yang merugi karena adanya pandemi ini. Namun itu juga sekaligus membuka ketimpangan di bidang pendidikan yang jarang terlihat selama ini. Masalah tidak meratanya akses, infrastruktur dan fasilitas pendidikan adalah yang paling terasa di sektor ini.

Hal yang paling terasa pada sektor ini akses komunikasi antara guru dan siswa. Saat ini pembelajaran dilakukan dengan model pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belakangan popular disebut dengan pembelajaran online. Namun munculnya masalah seperti ketersediaan jaringan yang tidak merata, infrastruktur komunikasi yang timpang sampai kuota internet yang dinilai masih kurang signifikan  menunjukkan ketimpangan tersebut.

Pemerintah memang peduli akan hal ini dengan menggelontorkan dana yang tidak sedikit dan sebetulnya tepat seperti pemberian kuota internet bagi siswa, mahasiswa, guru maupun dosen. Namun hal tersebut oleh banyak pihak dinilai tidak cukup untuk menanggulangi masalah tersebut. Pendidikan alternatif yang dilakukan sekolah di beberapa daerah adalah alasan mengapa hal tersebut tidak cukup dan mestinya pemerintah memberi perhatian kepada masalah tersebut.

Jaringan internet yang kurang merata di beberapa daerah juga menjadi pembuka ketimpangan lain yang muncul. Uniknya masalah ini juga membuka ketimpangan lain di bidang informasi, yaitu tidak meratanya ketersediaan jaringan yang sudah seharusnya menjadi perhatian.

Hal ini dikarenakan provider di bidang telekomunikasi masih membangun berdasarkan profit. Bukan berdasarkan substansi pembangunan infrastruktur yang dicanangkan oleh pemerintah.

Guru honorer adalah masalah lain yang kini diserukan oleh beberapa pihak mengingat terbatasnya perhatian dari pemerintah akan hal tersebut. Bertumpuknya masalah tersebut membuat sektor pendidikan hampir memiliki ketimpangan yang sama dengan sektor pendidikan, yaitu lebih ke daerah per daerah secara nasional.

 

  1. Ekonomi dan KetenagakerjaanKetimpangan Sektor Ekonomi dan Ketenagakerjaan

Sektor ini adalah yang paling utama dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Sektor yang menyentuh dapur dan perut ini justru membuka ketimpangan yang paling terasa, yaitu PHK dan ancaman kemiskinan selain resesi ekonomi dimana pada kuartal kedua perekonomian kita terkoreksi 5,32%.

Ketika pandemi Covid-19 datang ke Indonesia di bulan Maret, isu PHK langsung berhembus dan perlahan namun pasti banyak orang mulai kehilangan pekerjaan. Beberapa perusahaan di Jabodetabek yang bergerak di industri utamanya melakukan pemutusan hubungan kerja secara berkala dan langsung.

Kondisi ini pun diperparah dengan kontraksi ekonomi di berbagai negara yang tidak ragu menyatakan resesi ekonomi, termasuk Indonesia. Bisa dipahami sebetulnya, namun jika kebijakan cenderung mengutamakan salah satu pihak bisa jadi blunder yang berpotensi melahirkan ketimpangan baru.

Ketenagakerjaan

Di Indonesia misalnya saat ini Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) justru telah merampungkan RUU Cipta Kerja atau kondang disebut RUU CILAKA/Omnibus Law. Banyak kalangan menilai terdapat banyak keganjilan, utamanya dalam perlindungan tenaga kerja dan diabaikannya suara buruh dalam RUU tersebut.

Omnibus Law ini kurang berpihak kepada pekerja dikarenakan penghapusan sejumlah pasal sensitif yang menjadi hak pekerja. Diantaranya hak libur mingguan yang menjadi satu hari untuk enam hari kerja (sebelumnya terdapat opsi dua hari libur untuk lima hari kerja), libur panjang dua bulan setelah enam tahun berturut-turut bekerja, pengupahan untuk pembayaran pesangon dan pajak penghasilan pekerja.

RUU Cipta Kerja ini juga dinilai kurang etis dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 sementara urgensinya yang dirasa tidak sensitif dan hanya menguntungkan elit pemodal. Sementara jaminan hari tua dan kesehatan justru tidak dibahas dalam RUU ini. Hal ini juga didukung oleh penghapusan sanksi kepada pengusaha yang tidak membayar gaji sesuai ketentuan dan penghapusan hak PHK bagi pekerja yang merasa dirugikan oleh perusahaan.

Singkatnya RUU Cipta Kerja ini justru semakin merugikan pekerja yang terdampak paling terasa pada pandemi ini. Dengan begitu dikhawatirkan juga antara pemilik modal dan pekerja justru semakin melebar.

Keganjilan itu juga semakin terasa ketika banyak pihak mempertanyakan cepatnya pembahasan RUU ini. Sementara RUU lain seperti RUU Perlindungan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang dinilai lebih urgent justru ditunda saat ini.

 

  1. SosialKetimpangan Sektor Sosial

Hal-hal yang ada diatas merupakan alasan mengapa beban sosial masyarakat juga menjadi berat. Ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat bisa dilihat dari bagaimana stigma yang muncul dari berbagai sektor tadi.

Terdapat kekhawatiran bahwa pandemi ini semakin melebarkan jarak antara si kaya dan si miskin. Kebijakan pemerintah yang mengutamakan ekonomi misalnya dinilai justru menyumbang pelebaran ini dikarenakan kesehatan masyarakat bawah yang semakin terancam. Sementara banyak para peneliti yang sudah menyarankan perbaikan kesehatan yang didahulukan ketimbang ekonomi.

Di Amerika Serikat misalnya munculnya gerakan Black Lives Matter disaat pandemi ini menunjukkan ketidakadilan yang begitu terasa bagi warga kulit hitam disana. Warga kulit hitam atau berwarna cenderung mendapatkan kekerasan berlebihan dan masih dianggap berbeda dengan warga kulit putih.

Bagaimana dengan di tanah air? Ditundanya pembahasan mengenai RUU Perlindungan Kekerasan Seksual (RUU PKS) saat pandemi Covid-19 ini adalah salah satu bukti ketimpangan. Perempuan dan anak yang saat ini harusnya dilindungi RUU tersebut justru dikesampingkan pembahasannya oleh DPR.

Hal ini mengindikasikan bahwa masalah tersebut cenderung diabaikan oleh pemerintah. Padahal kekerasan terhadap perempuan dan anak sering kita temui baik di masyarakat, layar kaca bahkan penelitian. Dikhawatirkan kekerasan dalam rumah tangga atau pun bentuk kriminalitas atas perempuan dan anak justru meningkat di kala pandemi ini.

Sebetulnya Pandemi Covid-19 Membuka Banyak Ketimpangan yang mungkin luput dari pandangan kita. Menurut anda ketimpangan apalagi yang saat ini terjadi dan dirasakan publik?

Tinggalkan komentar