Tri Dharma Perguruan Tinggi Terlengkap

Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah
pixabay.com

Halo academic Friends, bagi kalian yang ingin melanjutkan kuliah, tentu tak asing lagi ketika menemui istilah Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ya, Istilah tersebut sering dipampang di tembok-tembok universitas maupun di tempat-tempat strategis sebuah perguruan tinggi.

Kali ini, tim redaksi kami akan  mengupas tuntas mengenai pengertian dan maksud dari istilah Tri dharma perguruan tinggi. Ok, langsung aja!

A. Pengertian Tri Dharma Perguruan Tinggi

Secara bahasa, kata “Tri” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta. “Tri” artinya tiga, sedangkan “Dharma” bermakna kewajiban. Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah hal-hal dasar yang harus ada saat menjalani aktivitas akademik. Dasar dan tanggung jawab tersebut dilakukan secara terus-menerus dan dikembangkan secara beriringan.

Adanya Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan wujud dari keseriusan perguruan tinggi untuk menyajikan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, Tri Dharma Perguruan Tinggi sepatutnya telah menjadi budaya dan kesadaran.

Tanggung jawab Tri Dharma Perguruan tinggi itu sendiri sebenarnya diberikan kepada seluruh civitas akademik terutama dosen dan mahasiswa. Dosen sebagai pengajar, pembimbing sekaligus pendamping, sedangkan mahasiswa sebagai anak didik yang menuntut ilmu. Dua elemen ini akan terus berkaitan mengingat tak bisa disebut dosen tanpa adanya mahasiswa, begitu sebaliknya.

Pertanyaannya, mengapa mahasiswa dan dosen? Di masa sebelum kemerdekaan  bangsa Indonesia, dua elemen ini sangat berpengaruh dalam merumuskan cita-cita masa depan bangsa. Mahasiswa yang menjadi siswa kala itu telah terbukti turut berkontribusi dengan ide, gagasan, pikiran serta perjuangan fisik demi kemerdekaan melalui pekikan-pekikan perjuangan.

Sedangkan dosen (guru) telah terbukti melahirkan generasi-generasi emas pejuang kemerdekaan. Mereka menebarkan ilmu-ilmu baik secara tersembunyi maupun terang-terangan. Mereka itulah pejuang tanpa tanda jasa, bahkan tanpa tanda nama.

Wajib Tri Dharma Perguruan Tinggi
pixabay.com

Dari pemaparan di atas, kiranya sudah memberikan gambaran mengenai pengertian Tri Dharma Perguruan Tinggi. Namun untuk mengerti maksud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi kiranya masih memerlukan penjabaran yang luas dan mendalam.

1. Pendidikan dan Pengajaran Sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi

Pendidikan adalah kunci pembangunan. Demikianlah tajuk yang diberikan oleh Mantan Wakil Presiden Boediono (Kompas, 27/8/2012). Melalui pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa akan berproses menjadi bibit-bibit unggul. Dalam hal ini, perguruan tinggilah yang berkewajiban melahirkan generasi-generasi emas.

Ada guru mencukur rambut muridnya sebagai hukuman, lalu orangtua murid membalas mencukur rambut gurunya… Ada guru mencubit muridnya, lalu orangtua murid melaporkan sang guru ke penegak hukum. Hilangnya pemuliaan atas guru adalah pertanda signifikan bagi awal hancurnya peradaban sebuah bangsa.

Hati-hati, saat orangtua tak muliakan guru anaknya, maka iapun akan didurhakai oleh buah-hatinya. Namun, wahai guru yang mulia, mari kita mulai bertanya pada hati: kenapa kemuliaan itu runtuh? Apakah itu karena kita telah berubah menjadi sekadar pekerja pencari nafkah dan pemburu tunjangan sertifikasi? by Bang Aad

Adanya mahasiswa yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan tidak bisa terlepas dari peran perguruan tinggi itu sendiri. Perguruan tinggi baik swasta maupun negeri diberikan kebebasan tersendiri untuk menyusun konsep dari pendidikan. Adanya konsep yang jelas di atas diharapkan mampu membawa negara ke arah kemajuan. Kemajuan tersebut meliputi kemajuan budaya, mindset dan Iptek.

Demi mencapai tujuan dari Tri Dharma Perguruan tinggi tersebut, mahasiswa dituntut aktif untuk mengeksplor, mencari dan menggali sendiri terkait keilmuan yang digeluti.  Dengan demikian, mahasiswa sadar betul apa yang dilakukannya dan dalam rangka meraih keilmuan apa. Semakin spesifik keilmuan seseorang, maka semakin matang dan sempurna.

Saat  berlangsungnya pendidikan dan pengajaran, pengajaran tidak hanya bertumpu pada diri dosen atau yang biasa disebut pendidikan komunikasi satu arah. Pendidikan yang berlangsung seharusnya meliputi komunikasi dua arah yang melibatkan keaktifan antara dosen dan mahasiswa.

Konkritnya, dosen bukan hanya sebatas mentransfer ilmu dari gelas kosong menjadi berisi. Lebih dari itu, dosen pendidikan dituntut untuk merangsang daya pikir mahasiswa sehingga ilmu akan berkembang, bukan stagnan berjalan di tempat.

2. Penelitian dan Pengembangan Sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi

Dari tindak lanjut point pertama Tri Dharma Perguruan Tinggi di atas, pendidikan dan pengajaran selanjutnya diarahkan pada penelitian dan pengembangan. Tujuan dari point kedua ini mahasiswa dalam menuntut ilmu diharapkan tidak hanya sebatas tahu, namun mengerti dan mampu menjadi konseptor perkembangan zaman di masa depan.

Begitu pentingnya penelitian dan pengembangan yang tertera di Tri Dharma Perguruan Tinggi. Penelitian dan pengembangan adalah aktivitas jantungnya civitas akademik. Perguruan tinggi tanpa adanya penelitian akan dianggap sebagai perguruan tinggi yang tidak produktif. Selain itu, perguruan tinggi tanpa adanya penelitian akan dianggap sebagai perguruan tinggi yang tertinggal.

Pentingnya sebuah penelitan dan pengembangan juga terletak pada updatenya  keilmuan. Kampus dituntut menjadi problem solving sehingga mau tidak mau harus lebih cepat merespon isu-isu global, memberikan pencerahan, penjelasan dan sikap yang tepat untuk masyarakat mengenai apa yang sedang terjadi.

Mengingat derasnya arus perkembangan zaman yang sering berubah, sebuah penelitian biasanya belum tentu dapat dipraktikkan. Oleh sebab itu, adanya penelitian dan pengembangan diikhtiarkan dapat menjadi penelitian yang bisa secara riil menyelesaikan masalah. Konkritnya, ilmu tak akan menjadi ilmu bila kebermanfaatanya dipertanyakan.

Artin luasnya, bagus untuk  setiap fakultas dan jurusan masing-masing telah merancang sebuah master plan bagi anak didiknya. Baik berupa pengembangan dalam hal teknologi maupun pengembangan-pengembangan yang lain. Pengembangan inilah yang akan diuji coba turun ke masyarakat langsung.

3. Pengabdian Masyarakat

Baik dosen maupun mahasiswa, semuanya  dituntut untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian tersebut dapat berupa penyebaran ilmu ke tempat peribadatan, acara warga maupun bentuk-bentuk tulisan di media massa. Demikian juga mahasiswa.

Pengabdian inilah yang menuntut para akademisi untuk mempraktikkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari di kampus. Sebab, ilmu tanpa dipraktikkan seperti tong konsong berbunyi nyaring.

Oleh sebab itu, seorang akademisi benar-benar harus menjadi teladan bagi para akademisi lainnya terkhusus kepada masyarakat yang notabene adalah warga yang bias hidup bersama sehari-hari.

Di zaman yang serba modern ini, para akademisi sangat leluasa untuk melakukan dan melaksanakan dengan sepenuh hati segala bentuk pengabdian sesuai Tri Dharma Perguruan Tingi. Bila Anda seorang akademisi di bidang media, Anda dapat turut menjadi rantai kebaikan dengan menyebarkan konten-konten yang berkualitas.

Ya, hal tersebut hanyalah contoh kecilnya saja. Jadi, mengabdi jangan hanya diartikan sempit turut kerja bakti di kampung halaman. Anda bisa mengeksplore keilmuan Anda dengan aksi-aksi yang banyak bermanfaat bagi orang banyak.

Dalam hal pembelajaran, mahasiswa yang merantau perlu memperteguh diri bahwa menutut ilmu di perguruan tinggi harus dilakukan secara maksimal. Bila sudah tiba waktunya kembali ke kampung halaman, Mahasiswa mampu mengabdikan dirinya terjun ke masyarakat membangun desa. Adapun fungsi mahasiswa lebih mendalam dapat Anda baca di artikel sebelumnya berjudul Fungsi Mahasiswa sebagai Aktivis Pemberadab.

Tinggalkan komentar