Pengertian Idealisme Lengkap beserta Tokoh-tokohnya

Tahukah Anda idealisme? Barangkali Anda akrab mendengarnya, atau barangkali Anda sering menjumpainya di buku-buku pelajaran filsafat.

Tapi tahukah  Anda makna idealisme yang sebenarnya?

Pengertian idealisme filsafat
asalasah.com

Anggapan umum menggambarkan bahwa yang dimaksud idealisme cenderung ke orang yang suka bekerja sendiri, tidak bisa diajak kerjasama, selalu melawan arus, keras kepala, kasar bicaranya dan semaunya sendiri.

Sikap idealisme di atas biasanya melekat pada diri mahasiswa yang sehari-hari akrab dengan ilmu pengetahuan. Nah, bila ada mahasiswa yang sudah “dicap” sebagai mahasiswa idealisme, perlu dikoreksi karena julukan idealisme di ranah perguruan tinggi memang cenderung negatif.

Tapi benarkah idealisme itu negatif, kita akan membahasnya melalui tulisan singkat ini, semoga saya dan Anda semua mendapatkan pencerahan.

Pengertian Idealisme

pengertian idealisme mahasiswa
gebyndut.blogspot.com

Baca juga tulisan menarik dari Redaksi mengenai Simplicity

Sebelum beranjak pada definisi idealisme, alangkah baiknya mengerti asal kata idealisme. Idealisme berasal dari kata ide yang bermaksud dunia berada di dalam jiwa (sebuah ide). So, idealisme adalah faham yang lebih mengutamakan idea tau gagasan di dalam pikirannya.

Lawan dari idealisme adalah realistis. Bila idealisme lebih mengutamakan alam pikiran termasuk ide dan gagasan, maka faham realistis lebih mengutamakan apa yang tampak di lapangan. Konkritnya, idealisme mempunyai cara pandang tersendiri terhadap dunia sedangkan realistis lebih pada mengikuti pandangan hidup yang sudah berlangsung.

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), Idealisme adalah aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal benar yang dapat dicamkan dan dipahami.

Pengertian idealisme kedua versi KBBI menjelaskan bahwa idealisme adalah hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna.

Masih dalam lingkup pengertian KBBI, idealisme adalah aliran yang mementingkan khayal atau fantasi untuk meunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskupun tidak sesuai dengan kenyataan.

So, mari kita simpulkan apa makna idealisme. Idealis adalah sebuah prinsip, pegangan hidup, keyakinan yang dianggap benar ketika memandang sebuah persoalan hidup di dunia. Prinsip pegangan yang diyakininya tersebut berasal dari pengalaman yang pahit, pendidikan, kultur budaya dan segala lingkup yang mengitari hidupnya.

Dari pengertian di atas, maka sebuah paham idealisme bukanlah paham yang muncul secara mendadak saya yakin terhadap ini ataupun itu. Idealisme muncul dengan tahap dan proses yang panjang melalui pengalaman dan lingkup kebudayaan yang mengitarinya.

Semakin seseorang mempunyai banyak pengalaman, maka semakin tinggi pula idealiseme yang ada di dalam dirinya. Mengapa demikian?

Sebab orang yang idealise tentu mempunyai banyak pengalaman. Dari banyaknya pengalaman tersebut, ia akan hafal jalur atau “niteni jalan” hidup sehingga semakin sering menghdapi problem akan semakin sering pula menemukan solusi.

Dari berbagai pengalaman tersebut, seseorang akan mengalami proses di dalam dirinya. Di dalam proses tersebut akan terjadi tumbuhnya sebuah keyakinan akan sikap, ide, cara berpikir sampai bentuk berperilaku.

Berbicara mengenai penerapan idealisme, tentu saja pengaplikasiannya tidak hanya sebatas pada tingkat individu. Mengapa demikian, sebab orang yang idealise adalah orang yang berpikir besar. Berpikir besar artinya ia meyakini bahwa dunia bisa dibentuknya sesuai pandangannya. Maka tak jarang bila orang yang idealis banyak yang menjadi pemimpin dunia.

Faktor-faktor yang Menimbulkan Idealisme

Bila Anda pernah menjadi seorang yang idealis, tentu Anda akan tersenyum sendiri. Beribu kesalahan yang Anda lakukan di masa lalu, semoga terbayar dengan ketenangan dan kebahagiaan Anda saat ini.

Perihal faktor-fktor yang mempengaruhi timbulnya sikap idealis tentu saja karena dunia atau realita yang dihadapinya tidak sesuai dengan apa yang dipikirannya.

Ketidaksesuaian tersebut menimbulkan kekecewaan yang sangat mendalam hingga menjadikan diri dalam seseorang tersebut mengalami amarah dan ingin mengadakan sebuah perubahan yang besar.

Perubahan besar itu Ia dapat dari berbagai pengalaman, luasnya komunikasi dan lingkungan budaya yang mempengaruhinya. Dengan demikian, Ia mendapatkan insight yang luas kemudian diterapkan dalam sebuah persoalan di mana saat ia hadapi.

Misal, bila Anda seorang mahasiswa, Anda melihat system di perguruan tinggi Anda carut marut tentu Anda akan berorasi di jalan bahkan melakukan aksi. Bukan itu saja, bila Anda dipercaya memegang amanah sebuah organisasi, kemudian Anda mengalami ketidakpuasan terhadap kinerja sebelumnya tentu Anda akan merombaknya sesuai keyakinan Anda.

Idealisme, Perubahan dan Mimpi Besar

Bila Anda selama ini dijuluki sebagai orang yang idealisme, saya sarankan agar jangan berkcil hati dan memutar haluan. Sebab, idealisme adalah tangga pertama Anda akan menjadi sosok yang besar.

Ya, kiranya Anda sering berbuat kesalahan karena cara pandang Anda itu wajar. Yang tak wajar adalah ketika Anda menyerah dan bunuh diri karena terlalu menyesali apa yang teah terjadi.

Bangkitlah, jadikan kesalahan cara pandang yang pertama dan seterusnya itu sebagai moment untuk koreksi diri. Semakin Anda mahir dalam mengoreksi diri, Anda akan semakin bersemangat menjalani hidup sesuai pandangan Anda.

Kenanglah bahwa apa yang dimaksud berhasil dalam mengoreksi diri adalah Anda akan semakin semangat menatap masa depan sesuai pandangan Anda. Itulah keberhasilan dalam mengoreksi diri, Anda akan semakin bergairah menjalani hidup dan terus berusaha memperbaiki kesalahan demi kesalahan.

Idealisme itu Tahan Banting

Jadilah pemuda yang tahan banting. Cara ini gagal, ganti cara lain. Cara lain keliru pikir cari cara lain yang lebih baik. Cari dan teruslah cari sebuah kemajuan dalam segala hal.

Jangan pesimis, di atas lahan masih ada lahan. Di atas pembeli masih banyak pembeli. Peluang itu akan Anda dan hanya bisa di dapatkan bagi mereka yang optimis.

Jadilah pemuda yang tahan banting, jangan sedikit-dikit mengantuk, bentar-bentar main game dan kebiasaan buruk lainnya. Sebab, masih banyak yang perlu dipelajari dan dikerjakan. Jangan sampai waktu Anda habis untuk menghibur diri Anda sendiri yang sejatinya hanyalah hiburan semu.

Ya, semu, sebab Anda tenang hanya sementara, bahagia dan gembira bermain game hanya sementara. Carilah kebahagian dan kegembiraan yang kekal abadi.

Tokoh-tokoh Idealisme

Tidak lengkap rasanya apabila dalam sebuah tulisan belum disertakan contohnya. Kali ini, saya akan mengambil contoh dari tokoh-tokoh filsafat.

Bila Anda pernah membaca kisah seorang Martin Luther, tentu Anda juga akan terkenang bagaimana paham idealis mampu membawa seseorang berada dalam tingkatan seorang pemimpin. Dialah seorang laki-laki yang berani menentang gereja Katolik Eropa.

Saat itu, banyak orang mencemoohnya lantaran Ia menentang apa yang disampaikan gereja Katolik. Namun dengan idealisme yang kuat, Martin Luther berhasil meyakinkan masyarakat dan terlahirlah gerakan reformasi pada masa itu yang tetap bertahan sampai saat ini.

Tak perlu jauh-jauh hingga ke Martin Luther, Presiden Pertama Republik Indonesia juga merupakan idealis bangsa ini. Beliau pada masa mudanya melihat perbudakan, penjajahan, penganiayaan adalah makanannya sehari-hari.

Semakin bertambahnya pengalaman, ilmu dan wawasan Soekarno pun menyadari bahwa penjajahan merupakan bentuk penindasan dan harus dimusnahkan di segala penjuru bumi termasuk di Indonesia.

Sejak saat itulah, Ia menjadi proklamator untuk mengobarkan semangat perlawanan kaum realis dan mengkampanyekan sebuah idealisme bernama kemerdekaan.

Masih banyak tokoh-tokoh besar lainnya sebut saja Mahatma Gandhi, Auang an su Kyi, Julius Caesr, Adolf Hitler, Socrates dan lain sebagainya.

Di antara sejarah orang-orang berpengaruh di atas kiranya bisa diambil kesimpulan bahwa idealisme merupakan sumber perubahan. Nah, cobalah Anda mencari pemimpin dunia, barangkali Anda tidak menemukan seorang pun yang tidak berawal dari sebuah idealisme?

Idealisme Tak Bisa Berdiri Sendiri

Barangkali Anda sudah bisa menebaknya, bagaimana apabila idealisme berdiri sendiri. Ya, Anda akan menjadi seseorang yang keras kepala, apa-apa semua Anda salahkan, semua Anda anggap rendah, dan Anda akan menjadi orang yang terasing sebab Anda selalu merasakan tak pernah puas dengan kondisi kehidupan yang ada.

Anda masih bingung? Begini, jadi bila Anda menemui orang yang suka menyalahkan orang atau pihak lain, tentu saja dia adalah pemilik idealisme yang belum sempurna. Semua disalahkan dan semua direndahkan, padahal belum tentu orang yang menyalahkan tahu apa yang dilakukan orang yang disalahkan.

Ya, bahayanya idealisme yang kurang sempurna adalah menganggap diri paling benar, dan menganggap apa yang dilakukan orang lain rendah. Bila sudah demikian, biasanya akan dijauhi teman-teman dan dianggap bodoh meskipun ia pandai. Ia akan dianggap ceroboh meskipun dalam kenyataannya lebih unggul. Ya, kesombongan adalah perusak segalanya.

Namun tenang, semua itu memang perlu dilalui. Di tengah perjalanan nanti akan ada instropeksi bahwa apa yang dilakukannya selama ini salah. Maka semakin sempurna koreksi diri maka akan semakin mapan pula akhlak dan karakter kepribadian.

Inilah yang dimaksud idealisme tak bisa berdiri sendiri. Untuk memahai realita dan membentuk realitas baru seseorang memerlukan idealisme untuk memperjuangkan keyakinan ide pikirannya, namun juga memerlukan realisme sebagai pengendali dan “penasehat” ide gagasannya secara tidak langsung.

Idealisme Seorang Muslim

Di dalam Islam sendiri penggabungan antara idealisme dan realism itu tergambarkan dengan Indah melalui sunnah-sunnah Nabi Mulia dan para pendahulu agama Tauhid ini.

Dalam berdakwah, membangun sosial, mengubah realitas dari jahiliyah menuju karimah para nabi, Rosul dan sahabat menggabungkan dua hal yakni idealisme dan realisme.

Jadi, sebenarnya konsep idealisme dan realisme sudah ada konsepnya sejak dulu, sudah dipraktikkan oleh para pendahulu orang-orang mukmin.

Di sinilah pentingnya sebuah iman, bahwa untuk iman (keyakinan) tidak harus menunggu adanya bukti dari saintifik terlebih dahulu, sebab jauh sebelumnya para pendahulu kaum mukmin sudah membuktikannya.

Sebagai contoh pengertian idealisme seorang Muslim bisa kita ambil manakala Rosulullah Saw bersama para sahabatnya sedang berada di masjid. Kala itu, seorang Badui sedang kencing di pojok masjid, sedangkan Rosulullah Saw sedang berada tak jauh dari tempat itu.

Spontan, para sahabat pun marah melihat kelakuan orang Badui tersebut dan berniat ingin mengusirnya. Namun apa yang dikatakan Rosulullah, Rosulullah Saw dengan lembut memanggil laki-laki tersebut dan memberikan nasehat dengan lembut.

Orang Badui itu pun merasa takjub sebab baru kali ini ada seseorang yang kesabarannya luar biasa. Orang Badui itu pun percaya bahwa Nabi Muhammad Saw adalah pemilik akhlak terpuji.

Dari kisah di atas, kita dapat mengambil banyak pelajaran bahwa Nabi Saw mempraktikkan keseimbangan antara idealisme dengan realisme. Ya, idealismenya masjid adalah tempat ibadah untuk menghadap Allah, bukan untuk dikencingi.

Namun realitasnya bila Rosulullah Saw berkelakuan kasar tentu saja orang tersebut akan semakin menjauh. Maka tepatlah ajaran Allah kepada Rosulnya bahwa untuk membawa hidaya diperlukan kesabaran dan kelembutan.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”, (QS Ali Imran: 159)

So, sebagai ummat terbaik yang dijanjikan Rosulullah Saw hendaknyalah kita idealis dalam hal keyakinan terhadap Allah. Ikatlah hati sampai terbebas dari segala bentuk keraguan terhadap kekuasaan Allah yang meliputi segalanya. Mengikuti sunnag-sunnah Nabi adalah segalanya.

Dalam hal realis tentu saja kita harus mengutamakan akhlak yang mulia sesuai kepribadian Rosulullah Saw. Mengapa demikian, sebab benarnya akidah akan membawa dampak akhlak yang mulia. Lapang dada karena luasnya wawasan kehidupan.

Di sinilah indahnya kesejukan seorang Muslim, dalam hal apapun, kondisi apapun selalu menyerahkan segala urusan kepada Allah. Ia berkeyakinan bahwa hidupnya di dunia hanyalah berbuat baik dan berbuat baik. Inilah hati yang selesai, hati yang terbebas dari segala keinginan dan hati yang terbebas dari segala kepentingan.

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran:139)

Terakhir, saya berpesan bahwa sebagai seorang Muslim mari tidak perlu ada lagi keraguan perihal keimanan. Ya, mari saling mengingatkan untuk mencontoh para Hawariyyun ketika ditanya siapa yang penolong (Nabi Isa) dalam menegakkan agama Allah.

Dengan tenang, para Hawariyyun pun menjawab: “Kamilah penolong agama Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang Muslim.” (QS Ali Imran 52)

 

Tinggalkan komentar