Benarkah Lebih Baik Memberi Daripada Menerima? Studi Ini Membuktikannya

Benarkah Lebih Baik Memberi Daripada Menerima Studi Ini Membuktikannya

Lebih Baik Memberi Daripada Menerima (Gambar: Pixabay/StockSnap)

Frasa “lebih baik memberi daripada menerima” atau “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah” selama ini diasosiasikan sebagai kepedulian sosial yang punya makna positif. Selain itu frasa tersebut memiliki makna yang dalam, salah satunya kemanfaatan memberi yang dapat sangat berarti bagi yang menerima. Frasa ini juga sering kita jumpai di berbagai kesempatan, bahkan sering dijadikan tagline dan logo acara-acara pengumpulan donasi atau sumbangan. Lantas, apakah benar bahwa memberi lebih baik daripada yang menerima?

Faktanya menurut penelitian memberikan sesuatu seperti hadiah atau donasi dapat menumbuhkan kehidupan yang lebih pro-sosial. Selain itu kebiasaan ini juga dapat memberikan perasaan yang baik bagi sesamanya baik yang memberi maupun yang menerima. Bahkan menurut para peneliti ada baiknya kebiasaan ini ditanamkan sejak dini, seperti yang dikutip dari Science Daily (1 Desember 2021).

Hal ini termuat dalam penelitian berjudul “The Development of Generosity From 4 to 6 Years: Examining Stability and the Biopsychosocial Contributions of Children’s Vagal Flexibility and Mother’s Compassion”. Penulis utamanya adalah Jonas G. Miller, dari jurusan psikiatri dan ilmu perilaku University of Stanford (studi post doctoral di University of California, Davis) beserta sejumlah koleganya. Penelitian ini dimuat dalam jurnal Frontiers in Psychology.

Lebih Baik Memberi Daripada Menerima, Bagaimana Membuktikannya?

Penelitian yang sangat berhubungan dengan dunia psikologi ini melibatkan dua responden, yaitu anak usia pra-sekolah (sekitar 4-6 tahun) dan ibu dari anak-anak tersebut. Ada sekitar 74 anak usia pra sekolah dan ibunya masing-masing yang terlibat dalam penelitian ini.

Sebagai catatan, jenis penelitian ini adalah eksperimental dimana penelitian ini membutuhkan waktu tertentu untuk melihat hasilnya secara objektif. Walhasil penelitian ini punya jangka waktu, yaitu sekitar 2 tahun.

Jadi dua tahun kemudian anak dan orang tua yang terlibat dalam penelitian ini kemudian dipanggil kembali. Ada sekitar 54 pasangan anak-ibu yang kembali dianalisis setelah dua tahun atau ketika anak mereka berusia 6 tahun. Secara berkelanjutan mereka informasi mengenai perubahan perilaku di luar rumah.

Sementara itu, anak-anak diuji dalam tes di laboratorium untuk memastikan perubahan perilaku mengenai pemberian. Dalam lab, mereka memonitor detak jantung anak-anak dan melakukan pengujian. Pengujiannya adalah dengan memberikan token kepada anak-anak untuk berbagai aktivitas dan token tersebut dapat diserahkan untuk mendapatkan hadiah.

Gambaran aktivitasnya adalah seperti ini. Contoh pertama, anak-anak akan diberitahu kalau ada anak lain yang sakit sehingga tidak ikut bermain. Contoh kedua, anak-anak diberitahu bahwa ada anak-anak yang kesulitan. Para peneliti selanjutnya melihat reaksi apa yang dilakukan anak-anak dengan token mereka.

Token itu dimasukkan ke dalam setiap kotak dan setiap anak akan mendapatkan 20 token berupa hadiah. Kemudian sebelum sesi berakhir, anak-anak diberitahu bahwa mereka dapat mendonasikan seluruh atau sebagian token lainnya.

Sedangkan para ibu diuji melalui kuesioner mengenai topik sosial seperti, “saya lebih suka membantu anak saya daripada membantu diri saya sendiri,” “mereka yang saya temui di tempat kerja atau publik, saya akan berada disana untuk membantu mereka,” dan “saya lebih suka menderita, ketimbang orang lain yang menderita”.

Begini Hasilnya

Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak secara umum mendukung kombinasi pengalaman sosial dan psikologis mereka. Peneliti ini juga menunjukkan bahwa anak-anak terdorong untuk membangun kepedulian bersama.

Hal ini bisa dilihat dari bagaimana mereka memberikan dan mendonasikan token yang mereka dapatkan ke anak yang membutuhkan. Hasil ini juga dinilai konsisten ketika pertama kali melakukannya pada usia 4 sampai 6 tahun. Artinya perilaku kepedulian ini punya kemanfaatan besar ketika ditanamkan sejak dini. Jadi benar bahwa memberi lebih baik daripada menerima.

 

Sumber:

Science Daily

Tinggalkan komentar