Cara Mengurangi Depresi dan Stres Anak Saat Belajar Online: Pendekatan Komunikasi

Cara Mengurangi Depresi dan Stres Anak Saat Belajar Online Pendekatan Komunikasi

Cara Mengurangi Depresi dan Stres Anak Saat Belajar Online Pendekatan Komunikasi (Gambar: Pixabay/Counselling)

Awal Desember ini saya terkejut ada siswa yang bunuh diri, namun kali ini terjadi di wilayah Penjaringan, Jakarta. Ini adalah kejadian kesekian kalinya dunia pendidikan kita tercoreng selama pandemi Covid-19. Dugaannya jelas, stres dan depresi akibat sekolah online yang diterapkan saat ini.

Tentu kita sebagai orang yang pernah duduk di sekolah sudah seharusnya tergerak akan hal yang berulang ini. Polemik masuk-tidaknya sekolah pada Januari 2021 yang dinilai masih beresiko juga masih diperdebatkan. Sementara sudah ada yang menjadi korban dan tentu saja masalah ini kompleks.

Namun mungkin beberapa dari anda bertanya-tanya, bisa apa kita untuk menolong anak-anak? Sementara mungkin ada orang tua yang kesulitan untuk menemani anaknya untuk belajar online. Ataukah anda sebagai kakak yang membantu adiknya memecahkan masalah?

Kali ini saya akan membagikan cara untuk mengurangi depresi dan stres anak saat belajar online. Sebuah tips sederhana yang bisa dilakukan, entah anda sebagai orang tua, kakak atau memang anda peduli dengan anak-anak di sekitar anda.

Cara Mengurangi Depresi dan Stres Anak Saat Belajar Online

Tulisan ini saya dasarkan pada pengalaman diri sendiri selama pandemi Covid-19. Sebagai gambaran, saya adalah seorang pengajar di lembaga pendidikan non-formal. Saya otomatis sering berhadapan dengan berbagai tipe anak-anak.

Cara yang ada di bawah ini saya buat berdasarkan apa yang diperlukan setiap anak. Tentu saja cara dibawah ini tidak bisa dijadikan ukuran untuk menggeneralisir semua anak itu sama. Namun cara dibawah ini dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi di lingkungan anda.

  1. Dengarkan Keluhannya

Menjadi pendengar yang baik bagi siswa adalah cara terbaik yang bisa dilakukan. Hal ini mengingat setiap siswa memiliki keluhan tersendiri terhadap mempelajari studinya. Cara ini juga paling mudah untuk mengurangi depresi dan stres anak saat belajar online.

Pernah suatu kali murid saya mengeluhkan mengenai materi yang ia terima masih kurang jelas, padahal saya sendiri juga kurang paham. Sial bukan? Kita tidak tahu menahu materi tapi disuruh membantu memecahkan masalah. Masalah ini saya yakin juga dialami oleh anda sebagai orang tua atau kakaknya misalnya.

Biasanya saya akan tanya dulu bagian apa yang kurang jelas, seperti detail kecil yang menyusahkan. Saya akan memahami dulu sebentar sebelum memberi jawaban yang tepat sesuai kemampuan saya.

Bagaimana kalau tidak bisa? Tidak masalah, anda bisa meminta bantuan siswa yang sebaya dengannya. Atau anda dengarkan lagi keluhan si anak dengan mencari pilihan ternyaman bagaimana siswa dalam memecahkan masalahnya.

 

  1. Jangan Mudah Mengkritik

Mengkritik adalah cara yang paling tidak bijak ketika anak tidak bisa memahami suatu pelajaran, setidaknya bagi saya. Apalagi disertai kekerasan sambil marah-marah kecuali jika kondisinya mewajibkan anak untuk disiplin.

Mengapa? Belajar online membutuhkan konsentrasi lebih jika dibandingkan dengan belajar konvensional. Namun justru disitu masalahnya, siswa secara natural “dipaksa” berkonsentrasi penuh. Padahal mungkin penjelasan yang paling mudah saja jadi terlihat membingungkan.

Hal inilah yang harus dihindari sebisa mungkin. Siswa mungkin membutuhkan waktu adaptasi lebih lama ketimbang orang dewasa atau siswa yang lebih tua. Tidak semua anak benar-benar tahu apa yang harus dilakukannya.

Otomatis mengkritik bukanlah solusi atas masalah dan justru memperparah anak. Akan lebih baik kalau kita mendengarkan keluhan mereka dan memberi solusi praktis secara langsung. Itu juga jauh lebih komunikatif sekaligus akomodatif terhadap menangkap permasalahan mereka.

 

  1. Perhatikan Bahasa Fisiknya

Saya tidak tahu apakah hal ini juga sering dirasakan anak anda ketika belajar online. Tapi ada kalanya saya melihat ada anak yang dari mukanya sudah kelihatan lelah bukan karena bermain. Biasanya saya melihat ada anak yang mukanya kucel menuju pucat atau kelihatan kesal dengan mencak-mencak.

Fenomena yang belakangan disebut burnout ini juga dialami oleh murid saya ketika mereka tengah atau habis bermain. Mereka jadi mudah lelah, sering menumpahkan kekesalan tanpa alasan yang jelas dan terkadang tidak mau membicarakan apa yang dialami.

Dalam tahap semacam itu artinya si anak sudah tidak nyaman dengan apa yang ada di sekitarnya. Seolah lingkungan kanan-kirinya tidak ikut memihak dirinya, atau bahkan dia menganggap kawan sepermainannya sebagai musuh.

Kalau sudah begini biasanya yang saya lakukan adalah mengawasi si anak agar tidak berperilaku negatif secara berlebihan. Jadi anak saya kasih kesempatan untuk meredam dirinya sendiri dulu. Kenapa? Biar dia melatih dirinya sendiri agar meredam amarahnya, kalau diceramahi si anak justru makin menjadi.

Baru setelah anak bisa mengendalikan emosinya, kita baru memberi wejangan kepada si anak. Entah itu dengan bahasa yang melucu atau sekedar memberi semangat. Hal itu setidaknya sedikit membantu mereduksi depresi anak kita melampiaskan emosinya.

 

  1. Direction is Good, but Problem Solve is Better

Jika anda adalah orang yang mending-mending club cara satu ini bisa dicoba. Mengarahkan (direction) adalah cara yang paling mudah dilakukan apabila anda juga pusing menangani anak yang susah belajar online.

Daripada sama-sama susah, lebih baik arahkan dan mencarikan anak kepada pemecahan terbaik. Contohnya mengarahkan anak untuk bertanya lebih lanjut dengan gurunya, temannya atau orang di seputar lingkungannya.

Selain itu mengarahkan anak bisa dengan ikut mempelajari langkah tanpa harus berpikir apakah cara tersebut tepat atau tidak, jika memang anda terlalu pusing. Saya yakin di lingkungan anda ada orang tertentu yang bisa mengajari mata pelajaran tertentu, setidaknya bisa buat rujukan atau menggunakan aplikasi pendukung.

Nah kalau memecahkan masalah anak (problem solve) memang lebih baik. Namun kalau anda memang bisa, jika tidak bisa jangan terlalu dipaksakan. Apalagi kalau anda tidak yakin bisa mengajari materi tertentu. Lebih baik mengarahkan anak untuk mencari cara terbaik dalam belajarnya.

 

  1. Dorong Semangat Belajarnya

Kalau ini sudah seharusnya jelas bahwa anak harus disemangati dalam belajarnya. Namun memberi semangat secara berkala dan tidak harus muluk-muluk lebih utama untuk dilakukan.

Terkadang bagi saya sendiri menyemangati dengan cara yang sekedarnya lebih utama daripada harus muluk-muluk seperti “kamu pintar” atau semacamnya. Meskipun bukan berarti tidak boleh, namun semangat yang menguatkan anak seperti “kamu pasti bisa” lebih baik.

Ini dikarenakan anak zaman sekarang dengan gadget-nya pada dasarnya lebih pintar dalam kondisi dan situasi apapun. Jadi bilang pintar saja pasti anak akan langsung merasa puas, sementara mungkin pada hal yang lainnya justru sebaliknya.

Jadi mungkin kita perlu bijak juga memberikan semangat anak dalam pembelajaran online. Dengan begitu ia akan termotivasi terus-menerus dan tidak patah arang tanpa berlebihan.

 

  1. Bercanda Lebih Membantu

Berkomunikasi dengan anak itu terkadang jika terlalu serius tidaklah selamanya bagus bagi si anak itu sendiri. Apalagi dalam konteks tugas belajar online yang menumpuk, tingkat stres bisa meningkat kalau tidak ditangani dengan baik.

Ajaklah anak atau adik anda bercanda sesekali untuk menghilangkan rasa penat setelah belajar online. Hal ini dapat menambah setidaknya semangat belajarnya dan agak tidak terasa membosankan. Namanya anak-anak pasti mereka bukan hanya burnout saja yang mengancam, tapi juga kebosanan yang menumpuk.

Itulah mengapa bercanda diperlukan, meskipun mungkin adalah orang tua atau kakak yang tidak pandai bercanda. Kebetulan saya juga begitu, saran saya sih anda tidak perlu sampai terlihat konyol atau bahkan memalukan diri sendiri.

Cukup saja dengan bercanda sekenanya agar anak anda bahagia itu sudah lebih dari cukup. Atau bisa juga dengan mengajak tebak-tebakan dan permainan itu juga setidaknya membantu anak anda dari depresi akibat belajar online.

 

  1. Beri Keterampilan Bermedia

Cara ini agaknya susah dipahami mengingat anak sekarang lebih lihai daripada orang tuanya dalam hal memainkan gadget. Namun kenyataannya tidak semua anak pandai memaksimalkan penggunaan gadget dalam belajar online-nya.

Nah kalau soal memaksimalkan penggunaan gadget ini biasanya harus didampingi orang tua atau kakaknya. Karena orang tualah yang tahu mana aplikasi yang tepat, mana yang tidak.

Banyak saat ini aplikasi untuk membantu anak belajar daripada dihabiskan untuk mengunduh permainan. Masalahnya adalah tidak semua aplikasi tersebut mungkin cocok dengan kebutuhan si anak. Orang tua atau jika anda kakak seperti saya dapat mencarikan setidaknya aplikasi atau situs yang tepat untuk mendukung pembelajaran anak.

Saya biasa mencarikan video untuk menyelesaikan suatu rumus matematika yang susah dipahami dan bisa dilihat berulang-ulang karena saya download. Jadi bukan dilihat secara streaming seperti kebanyakan orang banyak saat ini. Cara tersebut lebih baik dalam memaksimalkannya daripada harus repot-repot mencari aplikasi atau situs alternatif.

Lalu apa hubungannya dengan mengurangi depresi anak saat belajar online? Keterampilan bermedia penting untuk mendukung ketahanan anak dalam pembelajarannya. Karena saya berpikir untuk mengurangi depresi tersebut, media mungkin juga adalah jawabannya.

Hanya bagaimana kita memaksimalkan media tersebut agar anak tidak terkungkung dalam depresi menerus. Cara satu ini bisa digunakan agar anak bisa secara kreatif menyelesaikan masalahnya sendiri. Tapi tentu saja pendampingan orang tua dan kakak dibutuhkan dalam hal ini. Mengingat banyak informasi tersedia di dunia maya, namun perlu penyaringan yang tepat.

 

Begitulah cara saya untuk mengurangi depresi dan stres anak saat belajar online. Apakah anda punya cara berbeda dengan saya? Silahkan tulis di kolom komentar.

Tinggalkan komentar