(Trending Topic 1) Kekerasan adalah Serendah-rendahnya Peradaban

Slaps
Pixabay.com

Sebuah pesan di fanspage ACADEMIC INDONESIA mengatakan, “Admin, kok jarang update?”.  Sulit juga untuk menjawab, but inilah jawabannya. Sebuah tulisan yang hadir karena diingatkan hehe…

Memang, karena kesibukan di sana sini, kadang kegiatan menulis sering terbelengkalai. Barangkali jika pembaca “memaksa” untuk meng-update adalah sebuah keberuntungan bagi kami; sebab mau tidak mau kami pasti akan meng-update hehe…

Oh ya, sepekan ini di pikiran saya tidak lepas dari sebuah kasus kekerasan di dunia pendidikan yang kembali berulang. Seorang guru di Purwokerto menampar 9 muridnya, tepat di hadapan siswa-siswi lainnya.

Kabarnya, sang guru memerintahkan semua mahasiswa untuk merekam dan menyebarluaskan video tersebut agar menjadi pelajaran bagi seluruh siswa lainnya.

Alhasil, ada seorang mahasiswa yang menyebarkan video tersebut di group WA yang kemudian bocor sampai di Instagram dan akhirnya menjadi viral.

Menurut berbagai sumber, 9 siswa yang datang terlambat tersebut lantaran guru datang terlambat sehingga 9 murid tersebut nongkrong di kantin terlebih dahulu.

Meskipun sang guru sudah meminta maaf, hingga saat ini, kasus di atas sudah masuk ke Polres setempat dan sang guru menjadi tersangka yang dikaitkan dengan kekerasan anak.

Ilmu Padudon di Jawa

PADU. Orang jawa menyebutnya demikian. Bagi orang Jawa, ilmu padu itu penting. Bukan hanya soal dampaknya, namun juga prosesnya.

Di Jawa sendiri, padu artinya bertengkar namun hanya sampai di mulut. Dengan artian, Jawa sangat mengharamkan yang namanya “plak-plek” alias menyelesaikan masalah dengan kekerasan.

Orang Jawa sangat sadar betul bahwa orang yang namanya marah sebenarnya hanya faktor lelah. Oleh karenanya, separah-parahnya marah hanya dilampiaskan dengan kata-kata. Itulah ilmu padudon.

Kita melihat kasus di atas sebenarnya bertanya-tanya juga, sebab sebenarnya sang guru dalam keadaan sadar bahwa kekerasan dalam alasan apapun tidak akan dibenarkan. Namun sang guru berkata bahwa ia lakukan semua itu untuk menjadi pelajaran bagi siswa-siswa lainnya.

Bagi dirinya sendiri barangkali ada pembenaran, namun bagi orang lain terlebih bagi orang yang tua siswa bersusah payah mendidik anaknya dengan hati yang tulus tentu tidak akan terima.

Kekerasan adalah Serendah-rendahnya Peradaban

Siapapun orangnya pasti setuju bahwa kekerasan adalah serendah-rendahnya peradaban. Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk menggunakan kekerasan dalam kegiatan apapun.

Hal ini perlu ditegaskan agar menjadi perhatian bagi kita semua, baik kekerasan yang dilakukan murid kepada guru maupun guru kepada murid.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar kegiatan belajar mengajar bisa terlaksana dengan baik, tentu saja dalam kasus ini kami akan mengulasnya dalam ranah dunia komunikasi.

Pertama, bagi guru buatlah kesepakatan di dalam kelas baik soal jam masuk kelas, toleransi, atau perihal mendadak lainnya. Tak sedikit adanya kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah hanya gara-gara kesalahan komunikasi.

Si siswa sudah datang awal, namun guru terlambat namun tidak ada kabar lantaran perihal penting yang tidak bisa dicegah. Dalam hal tersebut, guru bisa memberikan pesan kepada ketua kelas bahwa dirinya terlambat.

Kedua, ada baiknya siswa memanfaatkan waktu untuk belajar mandiri bila guru belum datang. Siswa bisa membaca buku, berdiskusi, bahkan bisa saling tukar pengalaman terkait pelajaran yang aka berlangsung.

Waktu kosong jangan dijadikan alasan untuk membuang waktu secara percuma, terlebih main di kantin dan menghabiskan uang jajan. Ada banyak yang bisa dilakukan selain hal itu.

Ketiga, jalin suasana guru dan siswa yang kondusif. Hilangkan jarak antara siswa dan guru. Jalin komunikasi yang baik agar suasana semangat dalam menuntut ilmu benar-benar terasa.

Tak jarang siswa menjadi malas seketika bila gurunya sering terlambat, di kelas tidur, atau sering keluar. Di sisi lain, bila guru terlalu ketat, bisa jadi ketidakhadiran guru justru dinanti-nanti oleh siswanya.

Bagaimanapun juga peran guru adalah peran utama di dalam kelas. Menarik tidaknya pelajaran, semangat atau tidaknya, hidup atau tidaknya diskusi di kelas semua tergantung gurunya.

Tinggalkan komentar