Belajar Menulis Artikel Opini Paling Lengkap

Cara Mengirim Artikel Opini Mahasiswa di ACADEMIC INDONESIA

Sahabat mahasiswa di seluruh indonesia,
Kirimkan artikel opini Anda ke kolom Opini Mahasiswa ACADEMIC INDONESIA dengan ketentuan:

1. Tulisan berjumlah 1000 kata, Lebih diperkenankan
2. Tulis identitas lengkap mulai dari asal kampus, jurusan, semester dan quotes Anda ttg menulis
3. Sertakan foto Anda menggunakan almamater kampus Anda
4. Tema tulisan kabar2 terhangat yang sedang terjadi baik di Indonesia maupun mancanegara
5. Tulisan bisa berbahasa Indonesia maupun berbahasa Inggris

Tulisan akan dipilih berdasarkan kualitas terbaik. Setiap tulisan artikel opini yang dimuat di ACADEMIC INDONESIA RUBRIK OPINI akan mendapatkan merchandise cantik ACADEMIC INDONESIA.

Kirimkan artikel opini Anda via email ke [email protected]

*Terbit setiap Selasa

Sebelum beranjak pada pengertian opini, penulis ingin mengajak pembaca sekalian untuk mengenali sejarah rubrik sekaligus munculnya artikel opini di kancah pers Indonesia.

Dengan mengenali sejarah, harapannya akan lebih muda ketika memahami cara membuat opini. Di antara rubrik yang ada, seperti kesehatan, hukum, mancanegara, dan lain sebagainya, rubrik opini adalah rubrik yang bisa dibilang tempat terhormat.

Mengapa demikian, hal ini dikarenakan adanya dialektika pada ruang tersebut. Rubrik yang menyajikan adu gagasan, pandangan sang redaktur, kritikan terbuka, sampai kritikan dari akar rumput untuk para penguasa tidak luput dari rubrik opini.

Di Indonesia sendiri, peran pers dalam menyatukan rakyat Indonesia untuk melawan penjajahan sekaligus upaya memerdekakan bangsa Indonesia sangatlah signifikan. Sejarah yang tertoreh menyebutkan bahwa rubrik opini menjadi salah satu perhatian serius Pemerintahan Hindia Belanda.

cara membuat opini dengan mudah
contemporaryseeker.com

Beberapa dosen mengatakan; “Jika kamu ingin jalan-jalan tanpa mengeluarkan biaya bahkan malah dibayar, Anda cukup menguasai satu jenis tulisan ini”, Apa itu? Baca mengenai artikel bertajuk Contoh Essay dan Panduan Cara Membuatnya

Sebagai contoh, peran Balai Pustaka yang proyeknya menerjemahkan tulisan-tulisan dari pers Melayu dan China. Pers tersebut terbit di Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda.

Pada masa itu, pers khususnya rubrik opini digunakan oleh para intelektual dan para pejuang untuk melawan, menyampaikan kritik kepada Belanda. Penggugah, adalah salah satu contoh media cetak di Solo yang menyajikan opini pedas, tajam sekaligus menukik pada masa itu. Soewardi sebagai pemimpin redaksi pada waktu itu berani menerbitkan opini kritis yang diterbitkan pada 14 Februari 1923.

Opini tersebut sebagai ungkapan kekecewaan sekaligus gugatan perwakilan rakyat. Pasalnya, selama ini Belanda dengan segala tipu muslihatnya sengaja melemahkan kaum pribumi.

Kritik tersebut juga disampaikan untuk Ahmad Djajadiningrat selaku Bupati Serang akibat adanya nepotisme yang menjadikan rakyat kecil semakin tertindas dan tak bisa menempati pos-pos penting dalam pemerintahan.

Contoh lain dapat dilihat tulisan Susilo Sosro Prayitno yang diterbitkan Balai Pustaka 4 buku dalam setahun. Tulisan yang mengangkat tema pendidikan tersebut ingin menjelaskan bahwa hakikat pendidikan adalah kemerdekaan. Namun yang terjadi justru malah pendidikan dijadikan sebagai alat untuk melegitimasi penjajahan terstruktur lewat pendidikan.

Orang pribumi dicekoki supaya tunduk dan patuh atas nama menuntut ilmu. Kekritisan ditumpulkan, hak berpendapat dilarang. Seperti dalam kutipan berikut yang penulis ambil dari sebuah buku bertajuk Bagaimana Mempertimbangkan Artikel Opini untuk Media Massa.

Memang benar, kita ini bisa diumpamakan kuda tetapi yang punya kuda tidak mau mematikan kudanya, juga tidak mau menjadikannya kuda yang hebat. Jadinya kuda yang asal hidup saja. Tapi mengapa orang yang punya kuda kurang makan itu tidak malu?

A. Pre-Writing Cara Membuat Opini

Sering penulis bertemu dengan teman-teman yang ingin menulis, tapi sebelum menulis malah memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Rasa kekhawatiran yang terlalu berlebihan terkadang melemahkan mental dan menganggap masa depan adalah gagal.

Maka benarlah pepatah mengatakan, “Jika kita gagal merencanakan, maka sebenarnya kita merencanakan kegagalan”. Buanglah rasa kekhawatiran bahwa tulisan kita akan ditolak, tulisan tidak bagus ataupun tulisan kita tak nyambung.

Itu semua adalah proses yang perlu dan harus dilalui semua penulis tak terkecuali penulis-penulis besar yang ada saat ini, semua sama mengalami proses suka duka. Bab ini menekankan agar tahu ke mana arah yang hendak dituju.

Seperti saat kita akan menuju Kota Yogya dari Bantul, maka semua hal yang menjadi keperluan harus kita ketahui mulai dari jalan, mesin yang sehat, ataupun sebagai ban cadangan jika bocor. Berikut adalah Tips menulis opini di media massa yang pernah penulis alami dan menjadi pengalaman, semoga bermanfaat.

1. Paham Opini

Cara Menulis Opini di Koran
pixabay.com

Salah satu keharusan penulis pemula khususnya artikel opini adalah mengetahui terlebih dahulu apa arti atau definisi dari artikel dan opini itu sendiri. Dapat disimpulkan, bahwa opini termasuk tulisan non fiksi.

Gampangnya, menurut Edi Akhiles tulisan non fiksi ini adalah tulisan berkarakter ilmiah, berbasis data dan dianalisa dengan sistematis (runtut, logis). Adapun tulisan non fiksi ini selain artikel opini juga dapat berupa skripsi, disertasi, feature, makalah, esai dan yang lainnya.

Andi Andrianto dalam bukunya bertajuk Menaklukkan Media menjelaskan bahwa perbedaan opini dengan artikel atau sebaliknya tidak terlalu mencolok, bahkan sering dianggap sama oleh beberapa kalangan jurnalis.

Namun, kadang dua istilah tersebut memang membuat bingung dan kadang tak sadar memengaruhi kita untuk selalu menunda-nunda untuk mulai menulis dan akhirnya tidak menulis.

Masih dikutip dari buku Andrian bahwa Anas Syahirul, pemimpin redaksi harian Joglo Semar Solo (2010) menjelaskan bahwa artikel dan opini mempunyai banyak kesamaan dan perbedaan. Kesamaan keduanya yakni artikel ataupun opini ditulis oleh penulis bebas alias bukan wartawan.

Kedua, mengangkat masalah aktual. Ketiga, teknik penulisan menggunakan pola deduktif-induktif atau sebaliknya. Dapat juga menggunakan metode tesis-antitesis atau menggunakan rumus penulisan berita 5W+1H. Keempat, di kolom dewasa biasanya berkisar 3-4 halaman tapi untuk kolom mahasiswa hanya 1-2 halaman spasi ganda.

Selain adanya persamaan antara artikel dengan opini, keduanya juga mempunyai perbedaan yakni opini lebih berisi pandangan subjektif terhadap suatu peristiwa atau kejadian. Dalam penulisan opini, pandangan pribadi penulis sangat ditonjolkan.

Dan biasanya, lahirnya pandangan suatu opini tersebut didapat dari sumber-sumber berita kemudian diolah menjadi serangkaian konsep ide gagasan dalam bentuk karya jurnalistik.

Sedangkan pengertian artikel itu sendiri merupakan bagian karya jurnalistik yang di dalamnya harus ada data dan fakta secara detail. Data inilah yang biasanya digunakan untuk mendukung opini atau pendapat seseorang penulis lepas untuk memperkuat pandangan pribadinya.

Kesimpulannya, artikel opini adalah salah satu karya jurnalistik yang bersumber dari berita atau berangkat dari suatu masalah yang dibuat untuk mengedepankan gagasan atau pendapat yang berdasarkan data dan fakta detail sebagai penguat.

Pendapat biasanya juga tidak hanya melulu bersifat pribadi, namun juga bisa merupakan pandangan suatu instansi ataupun lembaga. Mengutip penulis senior KPI, Supadiyanto di dalam bukunya Berburu Honor Lewat Artikel menekankan bahwa artikel opini adalah tulisan untuk menyikapi berbagai permasalahan yang aktual yang dikemas dengan bahasa sederhana, menarik, dan tidak bertele-tele.

Dengan adanya sikap demikian, tulisan artikel opini harus mengandung unsur yang cerdas dan solusi yang bijak. Hal tersebut untuk membantu dalam segi pencerahan masyarakat terkait permasalahan-permasalahan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan lain sebagainya.

Konkretnya, Yudi Nopriansyah selaku Pimred Lampung Post pernah mengatakan, “Ternyata, pengertian opini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga terbitan Balai Pustaka Tahun 2002 sangat singkat, yaitu pendapat, pikiran, pendirian. Setelah membaca pengertian itu penulis berpikir, kalau pengertian opini sesederhana itu mengapa banyak di antara kita kesulitan ketika akan menulis sebuah opini? Menulislah segera! Oke?

2. Mulailah dari Hal yang Kecil

Cara Mmebuat artikel opini di koran
colourbox.com

Rasulullah bersabda, “Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari (langgeng atau berkesinambungan) meskipun sedikit.” (H.R. Bukhari)

Setelah kita tadi ngobrol-ngobrol soal fokus, penulis ulangi sedikit apa itu fokus. Fokus tidak berarti cuek, acuh tak acuh ataupun tak peduli keadaan sekitar. Fokus adalah cara seseorang bagaimana memelihara sesuatu hal yang ia lakukan secara terus-menerus.

Ya, semua perlu ada keistikamahan, rutin, berkelanjutan, dan keseriusan. Tak perlu muluk-muluk, cukup dari hal yang terkecil lama-lama akan menjadi besar. Ketelatenan itulah modal sebenarnya.

Siapa tak mengenal penulis seperti Imam Syafii, Plato, Aristoteles, Nurcholish Madjid, Hamka, atau Ahmad Wahib? Mereka besar lewat tulisan-tulisan kecil dan sederhana dari catatan harian.

Catatan harian inilah wujud kita sangat menghargai hidup untuk berbagi dengan orang lain, karena dengan diary, kita dapat mengisahkan perjalanan kita sebenarnya terkait rasa cinta, emosi, cemburu, marah, dan lain sebagainya.

Itulah mengapa nama Ahmad Wahib yang meninggal ketika umurnya masih 30-an hingga sampai saat ini masih seperti hidup di tengah-tengah kita. Ya, jika kita berpikir maka kita ada.

Selain hal di atas, perlu juga mulai menapak tangga-tangga kecil dalam hal keilmuan. Pernahkah berpikir, setelah kita kelak meninggal nantinya kita akan dikenang sebagai apa?

Ipho Santoso juga sering mengungkapkan hal demikian. Mulailah dari yang kecil-kecil, karena petuah mengatakan banyaknya manusia yang gagal itu salah satu faktornya juga karena enggan memperdalam keilmuan.

Oleh karena itu, sering kita jumpai artikel-artikel opini yang di bawahnya menyertakan identitas penulisnya. Sebagai contoh, mungkin ia bekerja sebagai dosen, pengusaha, menteri, atau lain sebagainya. Hal ini merupakan hal yang penting juga untuk diperhatikan mengingat hal itu akan menunjukkan siapa kita dan ahli dalam bidang apa.

Dalam hal ini, sedini mungkin kita mengasah jiwa profesionalisme kita agar ke depannya memang terbentuk branding. Berkaitan dengan identitas, biasanya ini juga berkaitan dengan surat pengantar. Bab selanjutnya akan membahas mengenai surat pengantar. Jangan beranjak dulu dari buku ini. Oke?

3. Kuasai Panggung Jurnalistik

Opini Koran dan cara membuatnya
creativityrulz.blogspot.com

Penulis sempat memberi masukan salah satu majalah di kampus UIN Sunan Kalijaga, pasalnya, majalah tersebut memang bagus dalam hal cetak, namun sangat acak-acakan ketika di media online-nya.

Sayangnya, pengurus redaksi yang bersangkutan awalnya menyepelekan hal-hal kecil yang sebenarnya tak bisa diremehkan dalam dunia jurnalistik.

Kaitannya dalam hal menulis artikel opini di media massa, yakni kesalahan huruf ataupun tanda baca sebisa mungkin diminimalisir karena hal tersebut akan berpengaruh pada seseorang saat menilai kesan pertama apa yang akan didapat sang redaktur.

Pertanyaannya, jika tulisan dasarnya saja belum benar, bagaimana pembaca bisa percaya bahwa gagasan atau pendapatnya Anda itu bisa dipertanggungjawabkan?

Di sinilah letak kehati-hatiannya. Berikan kesan yang meyakinkan terhadap redaktur dengan memenuhi dasar-dasarnya terlebih dahulu karena rubric opini adalah rubrik tergengsi.

Seorang redaktur biasanya tak mempunyai waktu banyak untuk mengoreksi secara jauh, maka kebiasaan redaktur adalah melihat sekilas termasuk judul, kerapian tulisan, dan kode etik dasar dalam kepenulisan jurnalistik.

Jika kesan pertama sudah menimbulkan kesan meyakinkan, insya Allah ke depannya akan dipercaya. Namun jika awalnya saja sudah berantakan, ke depannya akan sulit dimuat karena banyak pertimbangan yang muncul karena beranggapan dapat merugikan pihak media cetak bersangkutan atau bahkan akan di-blacklist.

Selama ini, penulis berusaha menargetkan untuk tidak pernah salah dalam menulis artikel ataupun mengikuti lomba-lomba. Hal ini agar menjadi kebiasaan ke depannya dalam melatih kedisiplinan, keuletan, ketekunan, dan ketelitian.

Jika salah, ya usahakan tidak melebihi 3 kesalahan, karena jika sudah melebihi 3 kesalahan biasanya artikel tidak terlalu dipertimbangkan untuk dimuat.

Oleh karena itu, ketelitian dalam menulis senantiasa diperlukan untuk menghasilkan tulisan yang tidak hanya berkualitas pada konten, namun juga tata cara menulisnya. Begitu pula sebaliknya karena hal tersebut sangat berpengaruh.

Perlu diingat, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang sederhana, singkat, jelas, dan terkadang banyak mengandung kata-kata ilmiah. Soal kata-kata ilmiah, penulis sengaja untuk merutinkan membaca artikel opini baik itu dari Kompas, Republika, atau surat kabar lainnya.

Dari situ, kita pasti banyak menjumpai banyak kata-kata ilmiah seperti halnya preventif (mencegah), crime extraordinary (kejahatan luar biasa), dan lain sebagainya. Semua bidang keilmuan mempunyai kata ilmiah masing-masing walaupun ada juga yang dapat digunakan untuk umum. Memang awalnya kita kesulitan untuk memahami sebuah opini, apalagi di koran-koran nasional karena banyaknya kata ilmiah.

Oleh karena itu, penulis sempat “menabung” kata ilmiah yang sempat ditemui dari opini-opini surat kabar nasional. Kata-kata ilmiah tersebut dicari satuper satu arti dan tujuannya baik melalui Google ataupun kamus ilmiah kemudian ditulis khusus dalam buku kecil.

Ya, jika itu sudah dibiasakan, insya Allah tidak akan merasa kesulitan lagi untuk memahami sebuah artikel opini nasional. Mboko sithiklah pokoke!

Selain ditulis dalam catatan kecil, perlu untuk mencontoh gaya belajar senior-senior KPI yakni ATM (amati, tiru, modifikasi). Jurus ini memang ampuh karena jurus inilah yang banyak dilakukan oleh semua orang yang ingin meraih apa keinginannya.

Tak hanya seorang penulis, seorang seniman, penyanyi atau pemain sinetron pun awalnya meniru dan akhirnya dengan bantuan berpikir dan mengevaluasi lama-kelamaan dapat menemukan karakter atau ciri khas masing-masing. Jadi menurut penulis, karakter itu terbentuk dari berbagai pengalaman pancaindra yang kita olah lewat pemikiran-pemikiran untuk menghasilkan karya.

Teruslah berkarya, karena karya-karya itulah nantinya yang akan menginspirasi. Karya itulah yang akan terevaluasi menjadi diri kita sendiri. Seperti pisau jika terus diasah, pasti lama-kelamaan akan tajam juga. Penjelasan terkait bahasa jurnalistik akan dijelaskan di bab editing, so jangan beranjak dulu!

4. Gemar Cari “Masalah”

Contoh-contoh opini di koran
pixabay.com

Seorang mahasiswa harus sering diskusi, baik diskusi dengan teman aktivis, di seminar-seminar, bedah buku, lewat koran, terlebih-lebih berdialektika dengan Alquran. Bukalah pikiran selebar-lebarnya dan rangsanglah untuk bertanya dan selalu menanyakan.

Hal inilah yang akan mengasah daya kritis kita dalam membaca koran, majalah, atau mengikuti materi-materi yang disampaikan dalam seminar. Mustahil jika kita ingin menjadi penulis namun kita tak pernah membaca dan berpikir.

Untuk memperoleh masalah yang aktual, penulis sering memantau koran-koran baik nasional ataupun lokal. Tergantung media mana yang akan dituju, jika masalah regional maka koran lokal cocoknya. Untuk menjaga perkembangan informasi, kita bisa berlangganan koran atau jika uang mepet bisa lihat di mading-mading yang telah disediakan.

Selain itu masih banyak lagi tempat yang menyediakan koran gratis, di antaranya perpustakaan kampus atau jika ingin enjoy tinggal di loper koran pinggir-pinggir jalan. Jika bener-bener kantong kosong, ya berikan kesan bahwa kita ingin membeli walaupun pada kenyataannya hanya ingin membaca koran gratis. Intinya semua mudah didapatkan, tergantung mau berusaha atau tidak. Titik!

5. Ambil Satu Sudut Pandang

Opini di media massa dan contoh-contohnya
pixabay.com

Kualitas terbaik dari suatu surat kabar manakala surat kabar tersebut mampu menyajikan informasi yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan dan mengandung unsur kebaruan. Di sinilah media cetak berlomba-lomba untuk memberikan informasi tercepat sekaligus terbaik.

Maka tak sedikit pula media cetak yang mengubah halaman depannya (headline) ketika mendapati kasus atau kejadian yang berlangsung di tengah malam ataupun dini hari. Memang begitulah kerja di media cetak, setiap hari bahkan malam hari harus selalu terjaga untuk mencari berita, menemukan ataupun menunggu informasi terbaru. Para pejuang media tak jarang pula menggantikan wartawan yang sedang sakit atau sedang ada halangan.

Hal ini sama dengan pengaruh bagaimana artikel opini yang baik dan dapat diterima redaktur. Artikel opini (pendapat, gagasan, ide) harus bersifat baru dan mempunyai hal lain daripada yang lain walaupun kabar berita ataupun kejadian sudah bertahun-tahun.

Artikel opini inilah yang membedakan antara menulis sejarah, berita, ataupun kabar yang notabene seadanya, sesuai objek. Artikel opini ditulis sesuai subjektif yang kemudian diambil satu sudut pandang agar ke depannya runtut dan jelas. Tak sedikit mahasiswa/i yang menulis namun topik yang dibawakan masih lebar ke mana-mana.

Ibarat seperti melihat gelas. Apabila kita melihatnya dari atas, tentu bentuknya pun akan berbeda. Begitu pula ketika kita melihat dari bawah ataupun samping akan berbeda pula bentuknya.

Begitu pula dalam mengambil sebuah sudut pandang, jika masalah yang akan dibahas melalui tulisan artikel opini terkait pendidikan maka dari pendidikan pun mampu muncul berbagai sudut pandang entah dari pendidikan itu sendiri, ekonomi, politik, budaya, dan lain sebagainya.

Ya, karena memang suatu masalah tidak bisa hanya dipecahkan satu cara saja, namun ada komponen-komponen yang lain turut serta memberikan faktor dalam penyelesaian masalah. Satu faktor tersebut sesuai bidang kita agar kajian opini kita lebih mendalam dan komprehensif.

Dengan kerja keras menggali inspirasi, nantinya artikel opini yang telah selesai ditulis dapat membawa pencerahan, syukur-syukur dapat menggerakkan masyarakat/pembaca untuk melakukan apa yang telah kita gagas dalam tulisan opini kita. Oleh karena itu, akan lebih profesional bila masalah diambil dalam satu sudut pandang dan dibahas secara mendetail, runtut dan jelas.

6 Jangan Mudah Percaya, Kritislah

Opini yang menggugah pembaca di koran
rkaink.com

Biarlah anakmu atau teman-temanmu gemar mencari masalah pada dirimu. Karena solusi yang tepat itu berasal dari pengidentifikasian masalah yang jelas. Oleh karena itu, jadikan kritikan, masukan, dan usulan-usulan yang mungkin menyakiti hati sebagai asahan pisau. Semakin engkau (pisau) diasah, akan semakin tajam. Suatu hari kau pasti akan mensyukurinya.”

Hal yang tak kalah penting adalah kritis dalam menganalisis. Semenjak kuliah, penulis mempunyai hobi beli makanan di angkringan. Ya, sekadar santap kopi satu gelas untuk diskusi satu malam. Memang “terlalu” jika hanya beli satu gelas beneran.

Pernah juga penulis beserta teman diusir ketika hendak beli minuman di angkringan. Namun memang angkringan yang satu ini penjualnya sukanya “mrengut” juga pelit senyum. Ya, mungkin sudah hafal jika mahasiswa memang kebiasaannya hanya membeli satu gelas kopi namun duduknya satu malam.

Aktornya pun penulis yakin tak hanya satu, tapi beribu-ribu. Oleh karena itu, kami mengimbau harap maklum kepada kami wahai penjual angkringan, karena kami mahasiswa.

Berkaitan kritis dalam menganalisis, meminjam istilah judul tulisan teman aktivis Bung Roesdy, tak dapat dipungkiri bahwa generasi saat ini krisis kritis. Kemajuan teknologi yang seharusnya lebih merangsang generasi untuk giat berpikir ternyata jauh dari harapan.

Teknologi menjadi manusia-manusia yang takut berpikir bahkan menyerahkan segalanya kepada teknologi tanpa pertimbangan. Ya, secara tidak langsung kita sering “menuhankan teknologi” yang sering kita anggap tak mungkin salah.

Waktu itu hobi kami juga minum kopi di angkringan depan kantor Kedaulatan Rakyat. Angkringan itulah yang menjadi saksi bisu asyiknya menulis dan berpikir di ruang terbuka. Ditemani obrolan-obrolan manusia dan musik-musik para pengamen, Bang Didik H. S. selaku senior memang gemar memulai untuk mengajak berpikir.

Sebagai contoh, beliau menanyakan kepada kami; mengapa di depan kantor tersebut ditulisi tempat parkir? Pertanyaannya, mengapa tulisan tempat parkir tersebut tertulis di tempat yang berbeda lain dari yang lain, mengapa tidak di tempat para karyawan saja? Ya, memang sedari awal kami kurang kritis, kami pun hanya menggelengkan kepala.

Dengan enteng beliau menjelaskan bahwa tulisan itu ada bukan berarti tanpa maksud. Bisa saja tulisan itu digunakan untuk membedakan kelas sosial antara pejabat pemilik KR dengan karyawan biasa sehingga tempat parkir pun dibedakan. Selain itu, bisa jadi dilatarbelakangi ulah pegawai yang parkir seenaknya. Inisiatif membuat tempat parkir pun dilakukan demi harga diri, kelancaran, bahkan kewibawaan.

Inilah yang dinamakan sebagai analisis wacana, yakni analisis yang mengajarkan kita bersikap kritis. Analisis ini biasa digunakan dalam mata kuliah Analisis Teks Media. Pada awalnya, analisis ini digunakan untuk meneliti teks-teks berita yang dimuat dalam surat kabar.

Bagiamanapun juga, berita bukan suatu hal yang bebas nilai, namun ada nilai di balik penulisan berita tersebut. Lebih lanjut, sikap kritis harus kita latih sedini mungkin dengan tidak menganggap bahwa suatu hal yang dikerjakan, dikatakan, bahkan dilisankan bukan berarti tanpa maksud. Semuanya mempunyai maksud. Baik untuk provokasi, memengaruhi, membujuk, menyanggah, memperkuat, atau mematahkan suatu argumen atau kejadian yang tengah berlangsung.

Soal kritis, penulis juga pernah menguji teman yang waktu itu membeli kartu Taman Pendidikan Alquran (TPA) di sebuah toko ternama. Agar kegiatan KKN lancar dan agak “wah” setidaknya kartu TPA ini digunakan untuk mencatat lulus atau tidaknya anak-anak ketika mengaji.

Kartu TPA tersebut sebenarnya sudah dicari di mana-mana, namun belum ketemu. Alhmadulillah akhirnya ketemu di Toko X1. Di Toko X1 inilah kisah mengasah kritis bermula.

Di Toko X1 pertama, harga satu kartu TPA dan royal jelly jafra sebesar Rp650,-. Karena membeli 20 kartu maka uang yang dibayarkan sebanyak Rp9.700,-. Namun Tuhan masih menguji, yakni kartu TPA yang khusus untuk Iqra kehabisan. Akhirnya setelah bertanya-tanya kami disarankan untuk mengunjungi Toko X3.

Setelah mencari kartu TPA, akhirnya ada juga. Sewaktu di kasir, dengan gamblang si kasir berkata bahwa harga semuanya Rp29.000,- padahal diawal Toko X1 tadi hanya habis Rp9.700,-.

Penulis pun langsung curiga karena awalnya hanya habis Rp9.700,- namun kartu yang bentuknya lebih kecil malah menghabiskan uang hingga Rp29.000,-.

Akhirnya, teman pun penulis ajak untuk menepi terlebih dahulu agar menyocokkan hal tersebut. Lewat diskusi singkat, akhirnya teman pun kembali ke kasir dan mengklarifikasi kekeliruan tersebut. Alhamduillah yang semula dibayar Rp29.000,- berubah menjadi Rp4.000,-. Juah, kan? Eh maksud penulis jauh, kan?

Itulah sekelumit kisah, meskipun menggunakan teknologi, tetap saja kesalahan bisa saja terjadi. Oleh karena itu, kebiasaan manual seperti berpikir dan kritis harus tetap ada meskipun dunia teknologi semakin canggih.

Padukan gaya berpikir manual dengan kecanggihan teknologi. Jangan sampai anggapan teknologi serba tak pernah salah lantas kita membenarkan apa pun tanpa klarifikasi terlebih dahulu. Lelaki pun juga bisa teliti dalam berbelanja.

7. Pilih Tema

Cara jitu membuat opini
pixabay.com

Setelah melewati langkah-langkah di atas, kini saatnya kita menentukan tema dan segera mengambil pena ataupun duduk di depan komputer. Pada tahap ini, kita bebas memilih tema, namun menurut pengalaman penulis, lebih mudah memilih tema-tema yang dekat dalam kehidupan sendiri.

Hal ini berkaitan dengan masalah yang benar-benar dihadapi dan yang akan digali menjadi butir-butir solusi. Ketika menulis buku ini, penulis masih aktif di Pengurus Harian Laboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga, otomatis bersinggungan langsung dengan kehidupan sosial seperti bagaimana masjid bisa menjadi rumah umat atau bagaimana masjid dapat menciptakan pola kaderisasi kepemimpinan yang baik.

Selain aktif di masjid, penulis juga sedang menempuh kuliah S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam mengambil konsentrasi jurnalistik. Oleh karena itu bab-bab terkait media pun menjadi bahasan sehari-sehari bersama kawan karib, terlebih pada politik. Itu gue banget!

Pada dasarnya, selama masih menjalani S1, mengambil tema apa saja yang disukai tidak masalah. Perlu penulis tekankan bahwa usahakan tema yang dipilih merupakan tema favorit sehingga dengan demikian akan merasa tertantang dan rasa ingin tahunya sangat tinggi meski dituntut lebih banyak berkorban. Apa pun yang dicintai, pasti dikejar meski banyak berkorban. Iya, kan?

Namun jika sudah menginjak S2 atau S3 harus mempunyai keilmuan yang spesifik, bukan berarti kuper ilmu pengetahuan, namun agar dapat dipercaya oleh publik. Hal ini juga akan memengaruhi kita ahli dalam bidang keilmuan seperti apa, karena di pojok bawah biasanya terdapat nama penulis arikel opini sekaligus menjabat dalam hal apa. Coba lihat contoh-contoh artikel di atas.

 8. Membuat Out Line

opini media massa yang menarik
opentextbc.ca

Bagi penulis pemula, tentu belum terbiasa bagaimana agar dapat menuangkan gagasan lewat tulisan secara runtut. Hal inilah yang sering dikeluhkan penulis pemula bahwa menulis itu sulit, baik untuk memulainya ataupun melangkah ke tulisan berikutnya.

Bahkan, jika tak mempunyai daya juang yang tinggi terkadang ada beberapa penulis pemula yang langsung “drop” ketika ada sahabat ataupun teman yang memberikan komentar, kok nggak nyambung. Sekali lagi, itu sudah biasa. Penulis yang saat ini besar pun dulunya mengalami hal yang sama.

So, bagi yang berniat untuk menjadi penulis, jangan pantang menyerah, jika jatuh segera bangkitlah, jika telah bangkit kobarkan selalu semangat!

Adapun cara membuat outline sangatlah beraneka macam. Saking banyaknya, di bawah ini akan disampaikan kebiasaan penulis dalam membuat outline untuk membantu menulis sebuah artikel secara umum. Adapun jika mempunyai cara dan trik tersendiri itu sah-sah saja. Berikut adalah gambaran paling umum sebuah state of mind.

    1. Judul
    2. Lead
    3. Peralihan
    4. Penyebab atau latar belakang masalah
    5. Data
    6. Peraihan
    7. Opini pendapat
    8. Penutup

Mudah tho? Atau masih kesulitan dan tersesat juga? Ok deh, jika kita menggunakan peta seperti diatas untuk menyusuri hutan intelektual tentu kita masih bingung dan akan tersesat. Ada baiknya jika buat menjadi rinci tema apa yang akan kita angkat.

Dengan begitu, setiap menulis akan jalan sesuai jalur yang dituliskan menuju tempat yang dijadikan tujuan. Tak ribet, tak kesripet, tak bingung, tak mondakmandek dan tak linglung bentar-bentar istirahat.

Coba kita ambil contoh terkait tema yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, yakni demonstrasi menolak BBM. Disini, kita akan menjadi pihak yang kontra terhadap demonstrasi yang mengarah ke anarkhi.

B. Membuat Judul Artikel Opini

Judul adalah hal pertama yang dilihat sang redaktur. Biasanya, telah tersedia pikiran-pikiran atau kejadian-kejadian yang mempunyai news value di benak redaktur, oleh karena itu judul akan menjadi ajang eliminasi paling cepat.

Ketika membaca judul, redaktur akan melihat sekilas beberapa detik saja lalu membiarkannya. Jika judulnya saja tidak menarik dan memikat bagaimana redaktur bisa tergoda?

Dari hal di atas, maka judul sebuah artikel seharusnya menarik, bahkan menurut Bung Bram, judul sebuah artikel memang semestinya disengaja kontroversial dan provokatif. Hal ini jugalah yang membuat opini menjadi menarik, berada jelas di salah satu pihak namun menggunakan bahasa eufimisme.

Di dalam proses pembuatan artikel, judul dapat disematkan di awal ataupun di akhir tulisan. Jika di awal sudah langsung menemukan judul yang cocok berbarengan penemuan tema, maka penulis tak perlu menggantinya.

Namun terkadang banyak penulis memang mengakhirkan dalam pemberian judul, demi menunggu kata-kata inspirasi yang menggugah, menggoda, tak lazim, mengagetkan, lucu, dan berkesan.

Selangkapnya baca Belajar Menulis Judul Artikel Opini yang dapat meluluhkan hati redaktur…

C. Belajar Menulis Lead (Kalimat Pembuka)

Untuk mengawali sebuah tulisan artikel, usahakan lead memang benar-benar menarik dan menggugah sehingga rasa penasaran untuk mengikuti kalimat-kalimat selanjutnya mampu menyihir pembaca sampai akhir. Oleh karena itu, lead jangan sampai diremehkan.

Lead harus benar-benar benar, maksud Penulis harus benar baik dari sisi kepenulisan, segi pengaturan rata kiri, rata kanan, dan kalimat-kalimat baku. Jika hal ini tidak serius mengerjakannya sudah tentu redaktur akan banyak pertimbangan untuk menerbitkannya.

Bagi redaktur, adalah kewenangan tertinggi memperlakukan teks kita, tentu tak mau ambil pusing dalam menyeleksi. Selain per harinya kurang lebih ada seratusan artikel yang masuk, redaktur terkadang juga masih mengerjakan tugas yang lain.

Oleh karena kebiasaan itulah redaktur terkadang hanya melihat judul atau hanya lead-nya saja. Jika yang awal memberikan kesan yang baik, insya Allah akan dimuat. Maka jagalah kesan baik itu selamanya.

Mengutip bukunya Widyamartaya Seni Menuangkan Gagasan, bahwa ciri lead pembuka ataupun pengatar dapat berhasil apabila lead mampu mengetuk hati, memperoleh simpati, menggugat minat dan gairah orang orang lain untuk mengetahui lebih banyak. Adapun secara ringkas, paragraf pertama atau sebagai lead pengantar berfungsi:

  1. Memberikan pokok persoalan ataupun masalah;
  2. Menarik minat pembaca dengan memberitahukan latar belakang, pentingya pokok soal, atau terpecahkannya masalah; dan
  3. Menyatakan ide sentral karangan, yaitu pendirian penulis. Pendirian ini dapat dinyatakan sepenuhnya, atau hanya sebagai persiapan ke arah pernyataan pendirian selengkapnya pada akhir karangan.

Baca lebih detail lagi uraian dan contoh-contoh leadnya Belajar Menulis Lead yang Mudah Dipraktikkan

C. Menulis Middle atau Isi Artikel Opini

Bagi Penulis pemula, hal yang paling sulit dilakukan saat menulis artikel opini adalah menulis middle. Bagi penulis awal, sudah bisa ditebak bahwa dalam hal middle ini kesannya masih monoton dan terlalu luas sehingga apa yang disampaikannya menjadi kabur.

Ketika kita menjadi penulis pemula, lalu kita mencoba membacanya sendiri pasti ada rasa anggapan “wagu”. Anggapan ini memang ada benarnya, terlebih ketika kita membaca karya-karya orang lain pasti kerasa banget.

Tapi insya Allah, Penulis akan memberikan kontribusi paling tidak menambah sedikit wawasan terkait penulisan middle ini. Penulis sering berpikir, mengapa orang yang gemar ke perpustakaan selalu pandai? (Bagi yang di perpustakaan membaca buku lho).

Hemat Penulis, jawabannya sangat sederhana, ketika ia ada masalah dalam mengerjakan suatu hal ia terus fokus untuk memecahkan masalah melalui jelajah-jelajah buku. Ingat kata pepatah bijak, “Banyak orang yang gagal karena tidak fokus”. Penulis yakin pasti orang yang bersungguh-sungguh akan menemukan buku yang merangsang berpikir dan sesuai dengan kemampuan kita menyerap ilmu.

Arti lainnya, setiap orang memang mempunyai kecenderungan masing-masing terhadap bagaimana ilmu disampaikan atau bagaimana ilmu akan tersalurkan dengan sempurna. Setiap orang mempunyai masing-masing cara.

Middle atau yang sering disebut tubuh tulisan atau bisa disebut paragraf pengembang adalah inti dari sebuah gagasan tulisan. Maka tak heran jika beberapa penulis pemula KO di ronde ini dikarenakan bukan hanya satu gagasan saja, namun berbagai gagasan yang saling berkesinambungan.

Selain anggapan sukar dan dibutuhkan gagasan yang sistematis, Penulis yakin pasti godaan-godaan juga berat di luar sana. Mulai dari ajakan teman nonton bioskop, nongkrong di angkringan, ataupun pesta-pesta khas anak muda lainnya. Jangan mau! Semua ada batasnya! Jangan biarkan waktu kita berlalu dengan obrolan yang sia-sia, arahkan ke diskusi yang berbobot dan berkualitas.

Simak Selengkapnya bagaimana cara menuangkan pikiran isi yang berbobot, kaji juga bagaimana academic IND memberikan tips cara mencari data yang valid di Belajar Menulis Middle Artikel Opini

D. Menulis Penutup Artikel Opini

Secara umum, penutup mengindikasikan bahwa artikel akan segera selesai. Jadi jangan sampai artikel berhenti namun seperti tidak berhenti. Artikel harus berhenti di tempat pemberhentian, jangan di tengah jalan.

Karangan harus ditutup dengan halus namun memiliki power, seperti pesawat yang terbang dari atas kemudian turun perlahan-lahan membentuk jalan landai dan pendaratan yang sempurna.

Selanjutnya, penutup juga sebagai indikasi penegasan gagasan ataupun ide kita. Dengan hal ini kita yakin dan kita merasa perlu untuk menyampaikan bahwa gagasan kita penting adanya, layak diperhitungkan, dan perlu diketahui publik.

Maka dari itu, gagasan sebisa mungkin merupakan hasil pemikiran yang orisinal, karena bagaimanapun juga, pembaca sangat membutuhkan pandangan baru dalam setiap masalah. Semakin banyak pandangan dari penulis yang lain, akan semakin menarik suatu masalah untuk didiskusikan.

Penutup bisa juga untuk mengindikasikan kesimpulan yang dibuat dengan poin-poin penting sebagai pengingat kembali. Selain itu, bisa juga menggunakan saran sebagai penutup atau harapan sekaligus doa terkait masalah yang diangkat.

Terakhir, bisa juga menambahkan penutup yang menyentak, tajam, tegas, ataupun pilihan-pilihan kata kebenaran yang membuat pembaca tak bisa berkelit dan percaya 100% terhadap gagasan yang disampaikan.

Ingin tahu bagaimana caranya menutup sebuah tulisan dengan baik dan memukau? Teruslah berselancar di academic IND ya Belajar Menulis Penutup Artikel

E. Mengedit Tulisan

Pada bagian ini, tulisan memang akan disempurnakan. Ibarat pisau yang hendak digunakan agar tajam maka harus diasah terlebih dahulu. Penulis berpesan kepada penulis pemula agar serius dan bersungguh-sungguh pada tahap ini. Pada proses editing ini pilihlah waktu yang tenang, sunyi, dan nyaman.

Kondisi tersebut membuat tulisan mengalir begitu indah dan alurnya bisa menjadi jelas. Banyak memang tulisan yang alurnya tidak sesuai, salah satu penyebabnya menurut Penulis kurangnya konsentrasi dan ditambah faktor tempat pengeditan yang kurang kondusif.

Selain itu, konsentrasi juga akan membantu menemukan kesalahan-kesalahan dalam penulisan sesuai kode etik jurnalistik. Usahakan minimal kesalahan tanda tulis tidak lebih dari 3 kali bahkan jika bisa soal tanda baca atau kepenulisan jangan ada kesalahan. Kita pilih waktu-waktu yang hening seperti tengah malam, sepertiga malam, atau sehabis subuh. Selain otak masih fresh tanpa beban pikiran yang lain, juga kondisi pikiran masih segar.

Belajar dari para senior, jangan berpikir bahwa penulis-penulis besar seperti Cak Nun, Mahfud M.D., dan lain sebagainya hanya melakukan pengeditan sekali saja. Mereka melakukan proses edit berkali-kali hingga tulisan benar-benar tidak ada kesalahan tanda baca, alur jelas, dan makna yang ingin disampaikan yakin tersampaikan.

Maka dari itu, jangan berkecil hati jika selama ini melakukan pengeditan melebihi seratus kali. Itu proses dan itu adalah baik. Berikut adalah beberapa pemaparan yang akan saya sampaikan terkait beberapa kesalahan besar yang sering dialami penulis pemula dalam proses pengeditan.

Pantau uraian editing yang mudah belajar para senior dan tokoh-tokoh nasional di Sempurnakan Tulisan Melalui Editing

F. Surat Pengantar Artikel Opini

Sebagai penyempurna, jangan lupa untuk menyertakan surat pengantar. Memang terkesan sepele dan sederhana, namun ternyata sangat menentukan. Oleh karena itu, jangan abaikan artikel yang merupakan hasil ikhtiar paling maksimal. Surat pengantar ini kita gunakan sebagai ajang iklan memperkenalkan siapa diri kita.

Dalam kata pengantar ini, kita menuliskan siapa kita sebenarnya, baik jabatan, profesi, ataupun lainnya. Perlu diingat, untuk menunjang brand kita, buat saja blog ataupun web, sehingga kita juga dikenal di dunia maya. Adanya surat pengantar harus kita maksimalkan dengan mengisi identitas yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Berkaitan dengan kata pengantar, Penulis sendiri terinspirasi adanya identitas yang selalu tertera pada bagian pojok paling bawah sebuah artikel opini. Pada bagian tersebut, ada berbagai latar belakang profesi sang penulis.

Oleh karena itu, agar artikel kita semakin dipercaya, alangkah lebih baiknya kita ceritakan kepribadian kita agar mengenal lebih dekat. Misal kita pernah aktif di salah satu organisasi, pernah menjadi pemimpin suatu organisasi, Pembicara Jurnalistik, atau yang lainnya, sehingga kita mampu meyakinkan bahwa kita ikut ambil bagian dalam penyelesaian masalah bangsa.

Perlu diingat, terkadang organisasi memang menentukan. Dalam hal ini, tentu organisasi yang telah terbukti melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa menjadi salah satu kepercayaan sang redaktur terhadap tulisan gagasan kita. Hal ini berkaitan munculnya banyak organisasi-organiasai yang keberadaannya tidak konsisten.

Selain tidak konsisten juga organisasi yang anggotanya seperti “bebek”, yakni anggota yang selalu membenarkan senior-seniornya walaupun telah terbukti melakukan kesalahan. Yang ada kebenaran itu hanya milik kelompoknya.

Lebih lengkapnya baca ya cara membuat Surat Pengantar Artikel yang baik….

 

Mudahkan menulis Artikel Opini? Selamat berselancar dan selamat mencoba!

Tinggalkan komentar