Tentang Tahu dan Pengetahuan

Tentang Tahu dan Pengetahuan

Nama               : Zamhari, S.Kom. I/ 18202010007/ Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam

 

CRITICAL RESPONSE

Selasa, 16 Oktober 2018

Buku               : Tahu dan Pengetahuan; Pengantar ke Ilmu dan Filsafat

Bab                  : 1-5

Penulis             : Prof. I.R. Poedjawijatna

Dosen              : Dr. Joko Wicoyo, M.Si

 

Tahu dan Pengetahuan

Buku ini menjelaskan dengan jelas apa perbedaan mengenai tahu dan pengetahuan. Pembaca dibawa dengan contoh-contoh sederhana yang ringkas dan mudah dicerna. Sayangnya, ada beberapa typo yang ada di buku ini, yakni kesalahan kepenulisan seperti di halaman 19 kata “hati” yang seharusnya huruf kapital namun di buku tersebut huruf kecil. Di buku ini juga ada beberapa ejaan lama sehingga pembaca kemungkinan merasakan kesulitan dalam memahami makna bacaan. Seperti halnya di halaman 20 ada kata “pada dalam”.

Buku ini sangat cocok untuk semua kalangan terlebih kalangan mahasiswa yang ingin memperdalam ilmu filsafat. Buku ini banyak menyajikan hal-hal baru yang bisa menjadi the power of knowledge di dalam mengintegrasikan keilmuan lainnya. Penulis buku juga berhasil memberikan batas yang jelas di mana letak antara tahu dan pengetahuan.

Tingkatan Pengetahuan

Di dalam bab ini, Prof. I.R. Poedjawijatna ingin mengajak kepada pembaca bahwa makna pengetahuan yang sebenarnya adalah sangat luas. Dalam artian, orang tahu bukan hanya sekedar tahu, namun memerlukan “tahu-tahu” yang lain yang bisa memaksimalkan pengetahuan.

Seperti halnya di dalam buku tersebut ada bagian yang membahas tentang pengetahuan biasa yang memungkinkan manusia hanya mengetahui secuil wawasan. Berbeda bila seseorang melalukan kegiatan ilmiah, tentunya hal tersebut bisa menjadi jendela ruang intelektual yang lebih segar karena akan bersinggungan dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain.

Di dalam buku ini, pengetahuan merupakan sebuah posisi paham akan kebenaran yang pencariannya memerlukan sebuah kesabaran dan usaha keras. Dengan demikian, nantinya filsafat akan membantu lahirnya rumpun-rumpun keilmuan baru yang lebih jelas mana ontologisnya, epistemologis dan aksiologisnya.

Ilmu, Filsafat dan Agama

Bab ini mengengingatkan saya tentang pentingnya sebuah integrasi keilmuan. Penulis seakan-akan hendak membawa pembaca bahwa selama ini yang terjadi adalah tersekatnya ilmu-ilmu. Tak adanya komunikasi antar disiplin ilmu sehingga ventilasi ruang-ruang diskusi maupun ruang sosial tertutup rapat.

Belajar dari Teori Psikologi tentang Insider dan Outsider, penulis mencoba menjelaskan bahwa harus ada komunikasi berbagai disiplin ilmu untuk menciptakan makna filsafat itu sendiri. Misalnya, ilmu agama tanpa filsafat kemungkinan yang terjadi hanyalah penyalahgunaan simbol-simbol belaka, dangkal dan tak berbobot. Belakangan ini cukup ramai orang memamerkan simbol daripada makna hakikat dari simbol itu sendiri.

Lebih parahnya, atas nama agama juga ada yang sepihak melakukan kekerasan. Hal ini saya kira karena mereka mempelajari agama tanpa filsafat sehingga menghasilkan generasi-generasi sumbu pendek. Cukup banyak pelajaran dari bahaya ilmu, agama tanpa filsafat.

Persoalan Pengetahuan

Di bab terakhir, Prof. I. R. Poedjawijatna menutup bahasan buku ini dengan Persoalan Pengetahuan. Sebuah bab pamungkas yang saya rasa memberikan penutup yang sangat holistik. Memanglah benar bahwa memperoleh pengetahuan bukanlah semudah membalikkan telapak tangan, di dalamnya ada perjuangan dan kerja keras.

Hal ini tentu saja memberikan spirit kepada kita untuk bersama memberikan edukasi kepada pelaku hoax yang akhir-akhir ini sangat gencar. Dengan persoalan pengetahuan, saya yakin bisa meminimalisir ketidakbijakan masyarakat di dalam komunikasi sehingga bisa lebih membuat dunia bijaksana.

 

Tinggalkan komentar