3 Teladan Nabi Mulia untuk Meraup Banyak Pahala

Islam adalah agama mulia. Mulia karena salah satu yang menjadi ajarannya adalah mendahulukan akhlak. Begitu penting posisi akhlak di dalam agama Islam, baik akhlak yang kecil berdampak personal maupun akhlak untuk kepentingan orang banyak (jamaah). Sebagaimana mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW.

albirrupertiwi.com
albirrupertiwi.com

Bila hari raya telah tiba, wajah berseri-seri menghiasi orang-orang beriman. Itulah hari kemenangan setelah sebulan mengendalikan hawa nafsu. Semoga kemenangan itu senantiasa kekal di hari dan bulan-bulan berikutnya di luar Ramadhan.

13 Teladan Nabi Mulia untuk Meraup Banyak Pahala di Hari Raya Idul Fitri

Sempurnanya Islam, sehingga di dalam suasana gembira, bahagia dan bersuka ria pun tetap ada tuntunan untuk menyuburkan fitrah di kalangan sesama insan. So, mari kita nikmati detik demi detik Hari Raya Idul Fitri kali ini dengan urusan yang telah diurus oleh Allah SWT untuk kebaikan para hamba-hamba-Nya.

1. Idul Fitri Mengikuti Keputusan Pemerintah

bangkutaman.com
bangkutaman.com

Lagi-lagi kita harus bersyukur, sebab awal pelaksanaan Ramadhan akali ini serentak. Begitupula keputusan tanggal hari rayanya, insyaAllah semua jatuh pada tanggal 6 Juli 2016. Terkait pentingnya amal jamai, Sabda Nabi menjelaskan sebagai berikut;

“Hari berpuasa (tanggal 1 Ramadhan) adalah pada hari di mana kalian semua berpuasa. Hari Raya Idul fitri (tanggal 1 Syawwal) adalah hari di mana kalian berhari raya dan Hari Idul Adha adalah hari di mana kalian semua merayakan Idul Adha” (HR Tirmidzi dinilai shahih oleh Al Albani).

2. Zakat Fitrah

Islam mengajarkan kita untuk senang berbagi, seperti teladan kita, Nabi Muhammad SAW. Dengan zakat, setiap Muslim satu dengan yang lainnya saling merasa senasib. Bila berbahagia di hari raya, maka semua saudara seiman juga harus bahagia tanpa kekurangan suatu apapun.

Sehingga, adanya zakat tidak lain untuk membantu para fakir miskin dan golongan-golongan lainnya yang berhak menerima zakat untuk juga bisa bahagia lahir batin menyambut hari kemenangan.

Karena di dalam harta diri kita terdapat harta orang lain, maka sepantasnyalah kita menyisihkan sebagian harta kita untuk orang lain. InsyaAllah harta tidak akan berkurang namun justru kian bertambah. Begitulah janji Allah yang Indah, yang tak pernah menginginkan sama sekali kerugian bagi hanba-hamba-Nya.

IIbnu Umar Radhiyallahuanhuma berkata, “Rosulullah Saw mewajibkan zakat fitri bagi Kaum Muslimin, budak maupun orang merdeka, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa” (HR. Bukhari dan Muslim).

Adapun mengenai waktu pembayaran zakat yang paling utama dilakukan pada tanggal 1 Syawwal setelah Subuh sampai menjelang Shalat Ied. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahuanhu, “Rosulullah Saw memeintahkan agar zakat fitri ditunaikan sebelum manusia pergi Shalat Ied. (HR Bukhari dan Muslim).

Meskipun demikian, membayar zakat bisa dilaksanakan jauh-jauh hari sebelum Sholat Ied tiba, baik 1 atau 2 hari sebelumnya dengan tujuan turut meringankan tugas para mustahik dalam mengelola serta menyalurkan zakat para jamaahnya.

3. Takbir di Hari Raya

Sebuah suasana yang tak kalah keindahannya adalah gema takbir. Gema takbir ini memang ajaran yang diperintah Allah langsung lewat ayat suci Al Quran. Dalam surah Al Baqarah ayat 185 kita dianjurkan untuk mengagungkan nama Allah agar dengannya kita bersyukur dan kembali mengingat betapa besar kekuasaan Allah.

“Agar kalian memenuhi puasa sepanjang hitungan bulan (Ramadhan) dan hendaklah kalian mengagungkan Allah (memperbanyak takbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, dan supaya kalian bersyukur.”

Adapun lafadz takbir yang didzikirkan yaitu Allahu akbar, Allahu akbar, Laa Ilaaha Illallahuallahu akbar, Allahu Akbar walillahil hamd (HR. Ibnu Abi Syaibah, dinilai Sahih oleh Al-Bani).

4. Mandi dan Berhias

Bila hari raya tiba, tradisi di negeri kita menggunakan pakaian serba baru. Meskipun tak baru pun tetap memuji kepada Allah, namun paling tidak jika kita berangkat Sholat Ied kita memilih pakaian yang terbaik.

Hal ini bukan tanpa sumber, sebab teladan Nabi kita, Rasulullah saw sendiri pun telah mencontohkan kita untuk berhias menggunakan pakaian terbaik. Adapun dalam bab berpakaian, Islam tetap membatasinya dengan syariat seperti bagi kaum laki-laki tidak boleh menggunakan sutra dan emas, sedangkan kamu perempuan tidak boleh menggunakan wewangian yang berlebihan.

Selain berhias, Rasulullah saw juga mencontohkan kepada ummatnya agar terlebih dahulu mandi. Dengan demikian, di hari raya Idul Fitri yang suci, manusia bisa suci batin serta ubo rampe yang melekat di dalam dirinya termasuk pakaian. Lihat selengkapnya di Zaadul Ma’ad, 1/425).

5. Makan Sebelum Melaksanakan Sholat Idul Fitri

Buraidah radhiyallahuanhu berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasalam biasa berangkat shalat Ied pada hari raya idul fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari raya Idul adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ied, baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad, dinilai Hasan oleh Syuaib Al Arnauth).

Adapun makanan yang biasa dimakan Rasulullah adalah kurma sebagaimana yang sebuah hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak pergi shalat Iedul Fitri sebelum makan beberapa kurma dan beliau memakannya dalam jumlah ganjil. (HR. Bukhari).

6. Pria, wanita dan Anak-anak Mendatangi Shalat Ied

Ummu athiyyah Radhiyallahu anha berkata, “Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam memerintahkan kepada kami megeluarkan para wanita baik gadis, sedang haidh, dan pingitan. Adapun yang haidh mereka menjauhi tempat shalat, dan menyaksikan kebaikan dan doanya Kaum Muslimin” (HR. Bukhari).

Rasulullah Saw juga mengingatkan hendaknya ketika wanita hadir dalam pelaksanaan Sholat Ied senantiasa menggunakan hijab. Dengan demikian, semoga dihindarkan dari hal-hal yang sanggup menimbulkan godaan jahat seperti menampakkan perhiasan atau komunikasi dari lawan jenis yang berlebihan.

Begitulah indahnya Islam, melalui Sholat IED, semua berbondong-bondong menuju tanah lapang yang luas. Hal ini juga merupakan salah satu teladn Nabi sebagai syiar Ummat Islam bahwa ummat terbaik ini  merupakan ummat yang mengutamakan kebersamaan. Terlebih kebersamaan dalam memohon ampun, mengagungkan asma Allah dan meminta petunjuk jalan lurus dalam setiap kata “amin” yang diucapkan pada akhir Al Fatihah.

7. Bertakbir

Di sepanjang perjalanan menuju tempat pelaksanaan Shalat Iedul Fitri, bagi jamaah laki-laki dianjurkan untuk bertakbir. Adapun tuntunan yang tepat bagi wanita, tetap dianjurkan mengucapkan takbir namun tidak mengeraskan suaranya.

Az-Zuhri berkata, “Rasulullah Shallahualaihi wasalam keluar pada hari raya Idul Fitri lalu beliau bertakbir sampai dating ke tempat shalat dan sampai selesai shalat. Apabila telah selesai sholat, beliau mengentikan takbir” (HR. Ibnu Abi Syaibah, dinilai shahih oleh Al Albani).

8. Jalan Kaki

Sa’ad radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam biasa berangkat shalat Ied dan pulang darinya dengan berjalan kaki” (HR. Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al Albani).

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata, “Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatagi sholat Ied dengan berjalan kaki” (HR. Tirmidzi, dinilai shahih oleh Al Albani).

9. Jalan yang Berbeda

Ada banyak kebaikan bila kita banyak mencoba hal-hal baru. Di samping wawasan yang bertambah, barangkali dengan mencoba hal yang baru dan keluar dari kebiasaan yang biasa-biasa saja kita akan menemukan hal-hal yang luar biasa.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasaalam sebagai teladan Nabi mencontohkan dengan bijaksana pentingnya keluar dari kebiasaan yang biasa. Selain hikmah di atas, Rasululah berangkat dan pulang melalui jalan yang berbeda agar dapat menyampaikan salam lebih banyak dan kepada orang yang berbeda. Hal inilah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam untuk menambah kehangatan Hari Raya Idul Fitri.

Jabir Radhiyallahuanhu berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasalam biasa berangkat dan pulang lewat jalan yang berbeda pada Hari Ied” (HR. Bukhari).

10. Di Tanah Lapang

sangpencerah.com
sangpencerah.com

Abu Said Al Khudri Radhiyallallahuanhu berkata; “Rasulullah shallallahu alaihi wasalam biasa keluar pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha menuju tanah lapang” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas menganjurkan bahwa pelaksanaan Sholat Ied lebih utama dilakukan di tanah lapang yang luas. Harapannya, dengan tempat yang luas seluruh ummat Islam dapat berkumpul bersatu padu bersama beribadah kepada Allah melaksanakan Hari Raya Idul Fitri.

Anjuran di atas bisa berubah, atau mendapat keringanan. Apabila terjadi hujan, badai atau bencana alam yang sifatnya mendadak tempat pelaksanaan ibadah Sholat Ied bisa diganti di masjid ataupun tempat luas yang aman.

11. Mengikuti Sholat Ied

Dikutip dari Majmu’ Fatawa menjelaskan bahwa Ibnu Taimiyyah menyatakan pendapat hukum melaksanakan Sholat Ied adalah wajib. Pendapat ini lebih kuat sebab Nabi Mulia sendiri memerintahkan ibadah sholat ini.

Begitu pula ketaatan para sahabat, khulafaur rasyidin dan kaum Muslimin, mereka selalu menunaikan Sholat Ied seperti yang diajarkan Nabi Muhammad Saw.

Terlebih lagi, Rasulullah Saw pun tidak memberikan keringanan bagi wanita untuk meninggalkan Sholat Ied. Ya, Sholat Ied adalah syiar terbesar yang dilakukan Ummat Islam yang dilakukan setahun dua kali.

12. Mendengarkan Khutbah Idul Fitri

Setelah melaksanakan Sholat Idul Fitri dua rakaat, selanjutnya para jamaah dianjurkan mendengarkan khutbah Idul Fitri. Baca selengkapnya mengenai contoh teks Khutbah Idul Fitri.

Abu Said Al Khudri Ra berkata, “Rasulullah Saw dahulu keluar di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha ke tempat shalat (lapangan), yang pertama kali beliau lakukan adalah Shalat Ied, lalu salam. Kemudian, beliau berdiri di hadapan manusia yang masih duduk di shaf-shaf mereka” (HR. Bukhari).

13. Ucapan Hari Raya

Begitu sempurnanya Islam, dalam hal menyampaikan ucapan selamat pun telah diajarkan sedemikian rupa demi keharmonisan ummat manusia.

Jubair bin Nufair seorang Tabi’in berkata, “Para sahabat Rasulullah Saw apabila saling bertemu pada Hari Ied, sebagian mengatakan kepada sebagian yang lain: “Taqobbalallahu minna wa minkum” (Atsar yang dinilai hasan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 2/575).

Tiga belas poin teladan Nabi di atas merupakan sunnah yang diajar Nabi Mulia kepada kita selaku ummatnya. Semoga kita bisa mengamalkan sesuai kemampuan kita ya. Crew Redaksi ACADEMIC INDONESIA mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H.

Taqobalallahu Minna wa Minkum, Semoga Allah menerima amal kami dan kalian

Tinggalkan komentar