“Mungkin, Hari Ini adalah Hari Terakhirku”

Seandainya Anda mengetahui bahwa sisa umur Anda tinggal sehari, apa yang akan Anda lakukan? Apa yang akan Anda niatkan? Apa yang akan Anda prioritaskan? Sejenak membayangkan kehidupan warga negeri Palestina.

Ketika kita tahu hari ini adalah hari terakhir, seseorang yang mengetahui bahwa sisa umurnya tinggal sehari akan melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya. Jangankan tidur, mengantuk pun tak boleh karena sadar waktu-waktu itu adalah momen-momen terakhir.

Tantangannya, sisa hidup dunia hanya Allah yang tahu. Allah menjadikan sisa umur sebagai misteri yang senantiasa memeluk anak adam dalam setiap tingkah lakunya. Dengan demikian, manusia dituntut untuk mempunyai cara tersendiri menggunakan waktunya se-produktif mungkin.

Palestina
middleeastrising.com

***

Lalai. Mungkin itulah kecenderungan manusia. Selain sering lupa, juga kadang tak mampu bersyukur atas nikmat yang ada. Terlebih  nikmat waktu, rasanya hanya terbuang sia-sia. Kemarin mengeluh, hari ini putus asa dan mungkin esok hari bersedih.

Bukankah nikmat dan karunia Allah itu lebih besar dari apa yang kita ketahui? Dari apa yang kita bayangkan? Bahkan dari paling maksimal terlintas dipikiran?

Sahabat academic, kali ini kami akan membagikan sedikit oleh-oleh yang dibawakan sahabat baru saya. Beliau seorang wartawan senior di salah satu stasiun televisi swasta yang diberikan kesempatan oleh Allah untuk meliput di Jalur Gaza.

Firtrah, ya begitulah namanya. Beliau menceritakan kepada kami (Santri Ponpes Sintesa) bagaimana kesan perjalanan menuju ke negeri Palestina.

1. Budaya Memberi, Bukan Meminta

Love Palestina
palestinefrommyeyes.wordpress.com

Meskipun sampai saat ini mereka di jajah bangsa Israel, namun ketika ada orang yang berkunjung ke negaranya, mereka selalu menyajikan sesuatu yang berharga. Mereka limpahkan yang terbaik bagi saudaranya, baik makanan, berbagai sambutan ataupun barang-brang berharga lainnya.

Meskipun dalam kondisi perang, namun keadaan di negeri para anbiya itu seperti tidak berperang. Aktivitas berjalan seperti biasa, bahkan ketika ada deru bom, mereka juga tidak panik ataupun berlari. Mungkin karena sudah terbiasa, sehingga mereka tahu bagaimana caranya menyelamatkan diri.

Dalam kesempatan sharing bersama firtrah, beliau menyampaikan bahwa ketika ia berkunjung ke sana, anak-anak berlari berebutan untuk memberikan salam. Tak hanya itu saja, mereka memberi apa yang dia punya, meski hanya sebutir permen atau secuil coklat. Mereka memberi dan terus memberi tanpa pamrih, tanpa meminta kembalian, tanpa meminta dikasihani dan tanpa-tanpa lainnya.

2. Ramah dan Tenang

Smile for palestine
maryscullyreports.com

Orang-orang Palestina juga terkenal dengan keramahan dan ketenangannya. Sungguh, orang-orang di sana merupakan cerminan orang-orang terbaik yang pernah ditemui. Mereka sangat menjaga hubungan persaudaraan, terlebih menjaga hati untuk tidak menggores perasaan dari hal-hal kecil.

Ya, kehidupan mereka adalah kehidupan untuk mengingat Dzat Yang Maha Tenang. Kehidupan yang mempertahankan dan teguh hanya untuk mencari ketenangan. Mereka telah dipercaya dari Tuhan-Nya untuk menjadi warga yang siap syahid kapan dan di mana saja. Yaa ayyuhan nafsul mutmainnah….

3. Mencintai Kebersihan

Kebersihan sebagian dari iman
lostislamichistory.com

Tentu Anda akan berpikiran bahwa hidup di negeri yang sedang perang akan banyak menjumpai tempat-tempat kotor. Jangankan berantakan, di Palestina, meskipun dalam keadaan perang kamar kecil-kamar kecil mereka selalu bersih, masjid-masjid mereka bersih, toilet-toilet mereka juga sangat bersih. Mereka sangat menjunjung tinggi kebersihan.

Mereka sangat sadar bahwa tempat-tempat yang kotor hanya akan menjadi energi bagi setan. Ya, setan menyukai tempat-tempat yang kotor lagi menjijikkan. Oleh karena itu, di semua tempat para pejuang pembela tanah air Palestina selalu bersih.

4. Alquran Selalu Standby

Alquran
dailymail.co.uk

Di Palestina, anak-anak sejak dini sudah diajarkan untuk mencintai Alquran. Mereka juga diajarkan keajaiban Alquran. Dengan demikian, anak-anak di Palestina akan merasa takjub. Bila sudah mengerti akan keindahan dan keajaiban Al Quran, bukan lagi ditekan atau dipaksa, mereka sendiri yang akan menghafalnya.

Begitulah kekuatan cinta, tanpa disuruh, tanpa diatur jadwal dan tanpa di awasi semua terlahir dari hati untuk senantiasa membaca, mempraktikkan dan mengajarkan Alquran. Oleh sebab itulah mengapa di sana terdapat para hafidz Alquran mulai anak berumur 7 tahun hingga para orang tua.

Karunia-Nya, mereka senantiasa mencintai Alquran namun rasa sosial semakin lebih tinggi. Mereka tidak menjadikan ibadah sebagai alasan untuk menghindar dari membela tanah airnya. Alih-alih bersantai, mencari kesalahan orang lain yang tak ikut berjuang pun tak sempat.

5. “Mungkin, Hari ini adalah Hari Terakhirku”.

Palestina Merdeka
linuwih.com

Dibalik kebiasaan-kebiasaan hebat bangsa Palestina, ternyata mereka memiliki satu prinsip yang teguh. Benar!  Prinsip itu terkait dengan prinsip terbaik. Mereka sangat yakin bahwa mereka hidup di zaman ummat terbaik, maka mereka melakukan apa-apa juga selalu terbaik.

Ya, mereka berada di medan perang. Setiap hari, baik malam, siang dan di pagi hari dentuman bom, tembakan dan suara meriam sudah terbiasa terdengar. Maka dalam satu hari tersebut, mereka sudah tanamkan tekad sejak pagi hari untuk menjadi pribadi terbaik kalau-kalau umur hanya tinggal hari ini.

Maka, bila Allah menakdirkan sisa umurnya benar-benar tinggal hari ini, maka seseorang akan melakukannya yang terbaik. Ia akan melakukan apapun asal hari ini lebih baik dari hari kemarin. Ia akan memberikan segala apa yang dimiliknya, dicintainya karena mungkin itu perjumpaan terakhir di dunia.

Ia akan ramah dan selalu tenang karena ia yakin setiap bernyawa akan dipanggil Allah. Dan mereka hanya menunggu giliran panggilan untuk menjadi salah satu syuhada yang diberikan sisi terbaik dari Tuhan-Nya.

i love palestine
myblog.mazlizaothman.com

Mereka tenang karena mereka berada di tanah suci, kapanpun waktu membawanya ke Yang Maha Kuasa, mereka tega, mereka rela karena semua dari Tuhan-Nya. Ia akan selalu hidup bersih dan tak akan  memutuskan tali air wudhu. Dalam keadaan suci inilah ia akan selalu siap.

Dan ke manapu berada, Al Quran selalu di tangan. Bila tak ada perbincangan antara sesama manusia, maka yang terbaik untuk memanfaatkan waktu adalah bercengkrama dengan Alquran.

Itulah gambaran kebiasan-kebiasan saudara kita di negeri para Anbiya. Lalu, nikmat mana lagi yang akan kita dustai hidup di negeri yang aman, menyejukkan dan menentramkan negeri Indonesia?

Kisah di atas semoga ada manfaatnya, mengisi waktu-waktu kemerdekaan bangsa ini untuk semakin mengejar kesempurnaan dalam beribadah. Terlebih turut mendoakan saudara seiman yang saat ini kemerdekaannya di rampas. Bila masih sering begitu-begitu, perlukah bangsa ini dijajah kembali agar kita kembali pulih seperti pejuang-pejuang kemerdekaan RI semula?

 

Tinggalkan komentar