Editing, Titik Kunci Kesempurnaan Tulisan

 

Kunci Kesempurnaan Tulisan
bookmasters.com

Pada bagian ini, tulisan memang akan disempurnakan. Ibarat pisau yang hendak digunakan agar tajam maka harus diasah terlebih dahulu. Penulis berpesan kepada penulis pemula agar serius dan bersungguh-sungguh pada tahap ini.

Kunci Kesempurnaan Tulisan

Kunci kesempurnaan tulisan terletak saat proses editing. Pada proses editing ini pilihlah waktu yang tenang, sunyi, dan nyaman. Kondisi tersebut membuat tulisan mengalir begitu indah dan alurnya bisa menjadi jelas. Banyak memang tulisan yang alurnya tidak sesuai, salah satu penyebabnya menurut Penulis kurangnya konsentrasi dan ditambah faktor tempat pengeditan yang kurang kondusif.

Selain itu, konsentrasi juga akan membantu menemukan kesalahan-kesalahan dalam penulisan sesuai kode etik jurnalistik. Usahakan minimal kesalahan tanda tulis tidak lebih dari 3 kali bahkan jika bisa soal tanda baca atau kepenulisan jangan ada kesalahan.

Kita pilih waktu-waktu yang hening seperti tengah malam, sepertiga malam, atau sehabis subuh. Selain otak masih fresh tanpa beban pikiran yang lain, juga kondisi pikiran masih segar.

Belajar dari para senior, jangan berpikir bahwa penulis-penulis besar seperti Cak Nun, Mahfud M.D., dan lain sebagainya hanya melakukan pengeditan sekali saja. Mereka melakukan proses edit berkali-kali hingga tulisan benar-benar tidak ada kesalahan tanda baca, alur jelas, dan makna yang ingin disampaikan yakin tersampaikan.

Maka dari itu, jangan berkecil hati jika selama ini melakukan pengeditan melebihi seratus kali. Itu proses dan itu adalah baik. Berikut adalah beberapa pemaparan yang akan saya sampaikan terkait beberapa kesalahan besar yang sering dialami penulis pemula dalam proses pengeditan:

1. Tanda Baca

Tanda Baca pada Judul

Judul adalah bagian teratas dari sebuah artikel. Dalam hal ini, tak perlu menggunakan titik (.). Jika tanda koma (,) maupun petik (‘) masih bisa digunakan asal di tengah kata. Selanjutnya, penggunaan huruf kapital cukup pada awal kata saja, tak perlu semua menjadi huruf kapital.

Pertanyaannya, apakah pemakaian huruf kapital berlaku bagi semua kata? Tentu saja tidak! Jika sebuah judul menggunakan kata sambung, kata sambung tidak menggunakan huruf kapital. Misal, “Korupsi yang Merajalela”. Kata “yang” tersebut tidak perlu menggunakan huruf kapital.

Namun perlu diingat, jika kata sambung tersebut berada di depan, maka kata sambung tersebut juga kapital. Misal, “Yang Tertawa dan yang Menangis”. Untuk ukuran font, saya sering menggunakan ukuran 20. Di bawah judul, sertakan juga nama lengkap dengan ukuran font yang lebih kecil, sesuai ukuran tulisan artikel, bisa 11 atau 12.

Sebisa mungkin, judul tidak menggunakan singkatan-singkatan yang orang awam tidak mengetahuinya. Jikapun terpaksa menggunakan singkatan, pastikan sesuai bidangnya.dan singkatan tersebut sudah pernah menjadi isu hangat bahkan hingga saat ini. Jikapun tidak, biasanya seseorang yang menggunakan judul singkatan menjelaskan terlebih dahulu lewat alinea pertama yakni lead.

 

Diksi Kata Sambung

Hal yang tak kalah penting yakni terkait kata sambung. Kata sambung sangat menentukan kerenyahan suatu tulusan. Untuk penulis pemula, pada bagian ini, ketika pertama kali menulis, kebanyakan menulis kata sambung “yang”.

Ingat, bahwa bahasa artikel terutama di media massa bersifat singkat padat dan jelas. Jika dalam satu kalimat terdapat banyak kata “yang” itu akan mubazir. Biasakan dalam satu kalimat hanya ada satu kata “yang”, atau jika tidak kepepet tak perlu menggunakannya.

Problem selanjutnya yakni pemakaian kata yang double tapi mempunyai arti yang sama, seperti penggunaan kata “agar supaya”. Dua kata tersebut sama artinya, sehingga yang digunakan satu kata saja.

Kata Peralihan

Jika kata sambung menghubungkan dari anak kalimat ke induk kalimat, atau sebaliknya, kata peralihan berfungsi sebagai eufimisme, menyambungkan dari paragraf ke paragraf. Adapun fungsi utama dari paragraf peralihan ini untuk mempermudah pembaca dalam membaca sekaligus memahami isi bacaan artikel.

Oleh sebab itu, agar tulisan lebih bervariasi, perlu kata peralihan yang kaya akan warna. Bagi pemula, biasanya masih berkutat menggunakan “oleh sebab itu, dengan demikian, selanjutnya, lalu”, dan lainnya. Berikut adalah kata peralihan yang bisa digunakan untuk megembangkan tulisan:

“Memang juga dapat begitu…”

“Tetapi…”

“Betul, juga dapat dikatakan bahwa…”

“Meskipun demikian…”

“Ada yang mungkin menganggap bahwa…”

“Tetapi kalau demikian…”

“Ada pula yang berpandangan…”

“Namun, bagaimanapun juga…”

“Penulis akui bahwa…”

“Toh…”

“Sesungguhnya…”

“Kecuali itu…”

“Maka dari itu…”

Kata peralihan di atas bisa dipilih sesuai kebutuhannya masing-masing. Yang terpenting, ingat substansinya, fungsinya untuk mempermudah membaca alur pikiran dan gagasan yang akan disampaikan.

Selebihnya, saya sarankan lebih baik pembaca sering membaca artikel agar wawasan terkait penggunaan kata peralihan semakin bertambah, tidak hanya di atas.

 

2. Catatan Perut

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa dalam menulis artikel media massa tidak menggunakan catatan kaki, namun catatan perut. Hal ini dikarenakan artikel media massa merupakan artikel yang ringkas, padat dan jelas. Oleh karena itu, tak bisa dibayangkan jika nantinya artikel kok menggunakan catatan kaki. Wah bakal ribet donk!

Biasanya, catatan perut hanya memuat tiga komponen saja, yakni nama penulis, tahun dan judul. Dari ketiga tersebut dapat dibolak-balik sesuai kesukaan penulis. Misal;

“…berbeda dengan pendapat Budi dalam bukunya Sebenarnya Anda itu Dahsyat! (2014), bahwa menulis,…”

“Opini yang menjelaskan bahwa menulis itu untuk semua profesi itu muncul dalam tulisan Budi (2014),…”

“Mengutip buku, Sebenarnya Anda itu Dahsyat! (2014), Budi membagi tulisan dalam tiga macam,…”

“Apa yang diutarakan Budi (2014) tentang manfaat menulis itu…”

Contoh diatas hanya beberapa variasi, Anda masih bisa merubahnya sesuka Anda sesuai keinginan Anda. Selamat mencoba!

 

 3. Lay Out

Pengetahuan dasar selanjutnya yakni terkait urgensi lay out atau yang sering disebut tata letak. Pertama, judul dan nama pengarang letaknya di tengah. Masuk ke lead, bagian paragraf pertama menjorok ke samping, untuk paragraf selanjutnya masih seperti biasa.

Agar lebih rapi, gunakan rata kanan dan kiri. Sertakan juga nama dan identitas diri di pokok kanan bawah dengan format italic.

Baca hingga selesai, terutama terkait cara membuat kata pengantar untuk artikel opini Anda.

Tinggalkan komentar