Difabel, Pembelajaran di Pandemi Covid-19 dan Peran Perpus

Rizky Agassy Sihombing

Nama : Rizky Agassy Sihombing
Jurusan/Prodi : Bilingual Pendidikan IPA
Semester : Semester Genap (2)
Instansi : Universitas Negeri Medan
Email : [email protected]
Quotes : “Do back exercises.
Pain is distracting”

Masyarakat secara umum sudah tidak asing lagi mendengar kata perpustakaan. Arti dari perpustakaan itu sendiri merupakan sekumpulan dari beberapa jenis dan ragam koleksi buku, jurnal, tulisan ilmiah, bahkan terdapat berbagai jenis majalah dan juga komik, yang bisa di akses atau di baca si pembaca di berbagai tempat perpustakaan di tempat mereka tinggal. Perpustakaan juga merupakan tempat yang sangat nyaman, bagi kita yang biasanya suka membaca di tempat yang sunyi dan senyap, agar kita bisa berkonsentrasi terhadap apa yang kita baca.

Di berbagai negara khususnya di negara Indonesia, negara tercinta kita ini, sudah banyak disediakan perpustakaan, contohnya perpustakaan berjalan yang bukunya, bahkan beberapa koleksi lainnya dapat kita baca secara langsung, bahkan sudah tersedia beberapa platform perpustakaan digital yang dapat kita akses secara gratis dan juga praktis contohnya adalah Perpusnas (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia).

Peran perpustakaan secara umum merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi proses pembelajaran. Perpustakaan yang tertata secara baik dan sistematis, secara langsung atau pun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses pembelajaran di sekolah tempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, terkait dengan kemajuan bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode pembelajaran yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan.

Kita tahu, di tahun 2020 sekarang dan di berbagai negara, bahkan di negara kita sendiri negara Indonesia, terjangkit penyakit mematikan atau pandemi yang disebabkan oleh virus, dan nama virusnya itu ialah Corona atau yang biasa disebut dengan Covid-19, akibatnya terjadi PSBB (Pembatasan sosial berskala besar) atau bisa juga disebut Social Distancing, dimana kita dianjurkan, bahkan dilarang untuk keluar rumah tanpa dengan alasan yang tepat. Akibat adanya pandemi tersebut, berbagai perpustakaan ditutup, sehingga para pembaca tidak dapat secara langsung membaca buku, jurnal, tulisan ilmiah, bahkan majalah dan komik yang biasa mereka baca di perpustakaan, kini sirna begitu saja.

Kini, dengan adanya pandemi Covid-19 ini, banyak platform-platform bacaan online atau perpustakaan digital yang membuka situs mereka dengan alasan agar para pembaca atau penikmat bacaan dapat membaca, bahkan kita dapat mendownload berbagai bacaan dirumah saja, tanpa harus keluar rumah, dan biasanya platform ini tidak memungut biaya apapun. Di paragraf kedua, sudah dijelaskan sebelumnya, bahwasannya salah satu platform bacaan atau perpustakaan digital yang dapat diakses secara gratis bahkan praktis adalah Perpusnas (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia).

Sekarang, banyak anak remaja, bahkan orang tua membaca bacaan di plaltform online, dan biasanya mereka akan mengunjungi situs bacaan online Perpusnas. Anak remaja, bahkan orang tua dapat mengakses platform bacaan online dengan mudah, tetapi bagaimana nasib seorang anak yang berkebutuhan khusus dalam membaca bacaan di perpustakaan, bahkan di platform-platform bacaan online?

Anak berkebutuhan khusus, biasanya secara umum dapat diartikan oleh masyarakat sebagai anak yang memiliki kekurangan, anak yang butuh support dari berbagai orang, dan juga biasanya mereka mengartikan anak kebutuhan khusus dengan sebutan anak yang cacat. Semestinya, menurut berbagai jurnal, bahkan buku, salah satunya dikutip dari buku tentang psikologi. Di dalam buku tersebut dijelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya, bisa juga dikatakan anak yang mengalami hambatan jasmani atau gangguan psikologis. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya.

Sementara menurut salah satu pakar psikologi yakni Heward, anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus 6 yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Untuk itu pelayanan kegiatan yang diberikan dalam rangka bermain dan belajar sebaiknya dengan menggunakan strategi yang dinamis dan bervariasi.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus sehubungan dengan gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Mereka yang digolongkan pada anak yang berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan berdasarkan gangguan atau kelainan pada aspek: Fisik/motorik a.l. cerebral palsi, polio, Kognitif (mental retardasi, anak unggul), Bahasa dan bicara, Pendengaran, Penglihatan, Sosial emosi.

Anak tersebut membutuhkan metode, material, pelayanan dan peralatan yang khusus agar dapat mencapai perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang berbeda. Walaupun mereka memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak secara umum, mereka harus mendapat perlakuan dan kesempatan yang sama. Hal ini dapat dimulai dengan cara penyebutan terhadap anak dengan kebutuhan khusus tersebut.

Perpustakaan khusus untuk anak berkebutuhan khusus itu sendiri belum banyak tersedia, apalagi di negara kita, negara Indonesia. Semestinya, terdapat sebuah perpustakaan khusus atau platform bacaan online yang dapat diakses oleh anak berkebutuhan khusus dengan bantuan orang disekitarnya. Anak berkebutuhan khusus juga memerlukan layanan perpustakaan bahkan platform bacaan online yang dapat mereka akses, seperti yang kita tahu, peranan perpustakaan secara umum merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.

Perpustakaan yang tertata secara baik dan sistematis, secara langsung atau pun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar mengajar di sekolah tempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, terkait dengan kemajuan bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode pembelajaran yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan. Tetapi untuk anak berkebutuhan khusus itu sendiri, masih banyak yang belum bisa menerima peranan penting dari perpustakaan itu sendiri, dikarenakan masih belum tersedianya secara merata tempat bacaan atau perpustakaan bahkan platform bacaan online khusus anak berkebutuhan khusus.

Seharusnya, pemerintah dapat membuat semacam tempat bacaan khusus atau yang biasa disebut sebagai perpustakaan khusus untuk si anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Namun, yang kita tahu tidaklah mudah pastinya dalam membuat semacam tempat bacaan khusus untuk si anak berkebutuhan khusus, kita harus memperhatikan segala aspek, melakukan pemetaan, bahkan rancangan.

Saya mengharapkan kepada para pemerintahan agar dapat membuat sebuah tempat bacaan khusus untuk si anak berkebutuhan khusus, bahkan sebuah platform bacaan online yang dapat mereka akses dengan mudah dan juga praktis dengan bantuan orang disekelilingnya, agar dapat meningkatkan kognitif bahkan menunjang proses belajar mengajar anak berkebutuhan khusus itu sendiri.

Walaupun, pastinya akan kewalahan bagi kita dalam menghadapi si anak berkebutuhan khusus dalam membaca didalam tempat bacaan khusus atau perpustakaan yang pengunjungnya khusus mereka. Tetapi kita haruslah sabar dalam menghadapi permasalahan tersebut, kita harus yakin, bahwa kita bisa membuat si anak berkebutuhan khusus itu, agar mereka dapat menikmati layanan yang telah dibuat oleh pemerintah, yakni perpustakaan bahkan platform bacaan online.

Tinggalkan komentar