Dari Asisten Dosen Hingga Bermimpi Menjadi Seorang Dosen

Dari Asisten Hingga Bermimpi Jadi Dosen

“Hidup itu seperti di jalan tol, bila berhenti akan terlindas. Maka dari itu, apapun yang terjadi, teruslah bergerak!”, Dini Fauziyati

Malam itu, tepatnya 14 Desember 2018, kami bertemu di sebuah kafe kecil namun sarat kemewahan. Kursi kayu sederhana, coklat dan sangat ringan menjadi teman duduk kami untuk memandang Jogja dari sisi lain. Baginya, Jogja bukan hanya sebagai kota pendidikan, lebih dari itu, Jogja merupakan ladang tumbuhnya benih-benih mimpi menjadi seorang dosen.

Dini Fauziyati, perempuan kelahiran 10 Oktober 1995 ini mulai mengenyam pendidikannya sejak S1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Ia sengaja memilih jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) lantaran memang dirinya menyukai dunia pendidikan. Ia beranggapan bahwa pendidikan adalah sebuah kunci untuk membangun sekaligus memberdayakan sumber daya manusia.

Mengejar Mimpi Seorang Asisten Dosen

Mimpinya sebagai dosen tidak pernah menyurutkan langkahnya sejengkal pun. Meskipun berada di tengah-tengah kesibukan antara organisasi dan tugas kuliah, ia masih bisa produktif menghasilkan karya berupa jurnal ilmiah. Beberapa jurnal ilmiah yang sudah diterbitkannya antara lain; “Pembaharuan Integrasi Pendidikan Islam dengan Sains dan Teknologi dalam Mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Masa Depan Studi Islam di Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Sebuah Tinjauan Filosofis-Yurudis)”, Muhammadiyah: Islam and Local Wisdom”, The Startup for Education in 4 th Industial Revolution”, Sejarah Perkembangan Pendidikan Inklusif di Dunia”, The Educator And Student in The History of Islam and Quranic Perspective, Charity Independent Education between Democracy and  Powerlessnes: An Empowerment Approach Study in Yogyakarta and New South Wales.

Kini, kesibukannya pun semakin bertambah. Sebab dari buah ketekunan, ketelitian dan kerajinannya, saat ini ia menjadi asisten dosen dari salah seorang dosen di UIN Sunan Kalijaga. Kesibukannya sebagai asisten dosen sepertihalnya membantu penelitian, mencari data-data sampai mengantar surat demi surat ia lakukan dengan senang hati. Bahkan suatu ketika, saat tengah malam, ia pernah mendapat tugas penelitian untuk diselesaikan pada hari itu juga.

Tuturnya, menjadi asisten dosen itu ada suka ada duka, sukanya banyak, dukanya juga lumayan. Sukanya, ia menyampaikan bahwa selama menjadi asisten dosen, tidak semua mahasiswa mendapat ilmu yang barangkali di kelas tidak diberikan, pengalaman meneliti bersama dosen-dosen senior hingga pengalaman-pengalaman dalam hal mengurus administrasi. Sedangkan dukanya, mau tidak mau selama menjadi asisten dosen, deadline memang harus disiplin.

“Saking banyaknya tugas kuliah, serta penelitian dari dosen, saya sering lembur dan menghabiskan waktu sampai dini hari dengan tugas dan penelitian”, Ungkapnya.

Di malam yang penuh bintang itu, kami tak lupa untuk menyeruput segelas kopi Gayo dan semangkok mie goreng. Di tengah-tengah hangatnya makanan kami, Dini berujar; “Jangan pernah menyerah dalam kondisi dan situasi apapun. Hidup ini laksana jalan tol, bila kita tiba-tiba berhenti, maka kita akan terlindas dan kalah. Teruslah bergerak, lakukan sebaik mungkin dan jadilah pemenang. Insha Allah akan selalu ada jalan bagi mereka yang mau bergerak!”

Tinggalkan komentar