Contoh Resensi Novel Fiksi Laskar Pelangi, Perahu Kertas dan 5 cm

Pernahkah kalian membaca sebuah novel? Jika kalian tertarik pada sebuah novel karena isi ceritanya yang menarik, tentu sempat terbesit di benak kalian untuk mengulas novel tersebut. Kegiatan mengulas novel tersebut disebut dengan resensi novel.

Sebelum Anda melanjutkan artikel mengenai Contoh Resensi Novel, Anda juga bisa menyimak tulisan-tulisan sebelumnya bertajuk Contoh Resensi Buku Pengetahuan

resensi novel
pixabay.com

Novel adalah jenis karya sastra. Meresensi sebuah novel membutuhkan keilmuwan tentang dunia sastra dan memahami seluk beluk novel secara utuh.

Para penulis yang hendak menerjunkan diri pada resensi novel, perlu membekali diri dengan banyak membaca referensi kesusastrraan dan novel. Pasalnya, contoh resensi novel bukan sekedar mengambil ringkasan isi novel saja, melainkan berupaya mengaitkan dengan bedah sekaligus kritik novel secara umum. Misalnya Contoh Resensi Novel Hujan Tere Liye.

Pengertian Resensi Novel

resensi novel terbaru
pixabay.com

Sebelum membahas contoh resensi novel, ada baiknya kita memahami apa definisi dari resensi. Beberapa definisi resensi :

  1. Resensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Resensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan pertimbangan atau pembahasan tentang ulasan buku. Sedangkan kata “mengulas” itu sendiri memberikan penjelasan dan komentar, menafsirkan, memberikan penjelasan, menguraikan pendapat, mempelajari (menyelidiki). Singkatnya, kata “ulasan” mempunyai makna komentar, tafsiran, dan kupasan.

2. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75)

Menurut WJS. Poerwadarminta berpendapat resensi merupakan pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku. Perbincangan ini meliputi penilaian terhadap kelebihan atau kekurangan buku tersebut.

Apakah buku tersebut menarik atau tidaknya. Lalu menelusuri tema dan isi buku, memberikan kritikan, dan memberi arahan kepada khalayak. tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca, dipunyai dan dibeli.

Biasanya ulasan atau resensi buku tersebut dimuat di surat kabar atau majalah. Surat kabar atau majalah memberikan ruang khusus tentang resensi buku. Kolom resensi di surat kabar atau majalah berfungsi memberikan apresiasi kepada para penulis serta upaya untuk memperkaya kesusateraan Indonesia.

  1. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia (ditulis Euis Sulastri dkk)

Buku Bahasa dan Sastra Indonesia (ditulis Euis Sulastri dkk) menjelaskan resensi berasal dari bahasa Belanda,  ‘resentie’ yang artinya suatu kupasan atau pembahasan.

Jadi, definisi resensi adalah suatu kupasan atau pembahasan tentang buku, drama, atau film. Publikasi hasil resensi melalui media massa, seperti koran, media elektronik dan majalah.

Kesimpulan resensi novel adalah kegiatan mengupas atau membahas sebuah karya sastra novel dengan pertimbangan, penafsiran, mengkritik dan mengomentari isi novel tersebut.

Tujuan Resensi Novel

contoh resensi novel singkat
pixabay.com

Bagi para pembaca, meresensi novel adalah sebuah kegiatan untuk mengetahui gambaran umum sebuah novel. Sementara bagi para penulis, meresensi karya sastra apalagi novel merupakan hal wajib sebab di dalamnya terdapat banyak pengetahuan yang luas..

Contoh resensi novel menjadi sarana bagi para penulis untuk menggali keilmuwan kesusastraannya. Seringnya, hasil dari resensi suatu novel tersebut dijadikan pijakan/acuan bagi para penulis untuk membuat karya novel lainnya yang lebih baik.

Namun secara umum tujuan meresensi novel sebagai berikut :

  1. Untuk membantu pembaca mengetahui gambaran umum dari novel.
  2. Untuk menjadi dasar penilaian tentang kelebihan dan kelemahan novel.
  3. Untuk mengetahui latar belakang dan alasan novel tersebut diterbitkan.
  4. Untuk menguji kualitas novel. Novel tersebut dibandingkan dengan tema novel sejenis lainnya.
  5. Sarana memberi masukan kepada penulis novel. Berupa kritik dan saran terhadap isi keseluruhan novel. Masukan dan kritikan diharapkan mampu menjadi bahan bagi penulis novel untuk membuat karya yang lebih baik lagi.

Manfaat Resensi

contoh resensi novel terbaru
pixabay.com

Penulisan resensi tentu banyak memberikan manfaat bagi pembaca, peresensi atau penulis resensi dan penulis novel. Penjabarannya sebagai berikut :

  1. Untuk menjadi sebuah bahan pertimbangan dan referensi para pembaca yang sedang membutuhkan novel tersebut. Muatan amanat dan nilai-nilai universal kehidupan dari novel dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca.
  2. Bagi penulis, resensi bisa menjadi suatu tambahan nilai ekonomi. Penulis resensi mendapat fee dari novel yang telah diresensinya. Biasanya, penulis resensi meresensi novel baru, tulisan resensi dikirimkan ke majalah atau Koran.
  3. Bagi penulis novel, resensi bisa menjadi sarana promosi novel tersebut. Pasalnya, hasil resensi akan dipulikasikan di blog, media elektronik, atau media cetak. Secara langsung, resensi novel yang ditulis peresensi mempromosikan novel dan penulis novel tersebut.
  4. Bagi penulis, meresensi menjadi sebuah sarana  pengembang kreativitas penulis lainnya untuk menghasilkan sebuah karya – karya yang lebih baik lagi.

Jenis-jenis Contoh Resensi Novel

jenis dan contoh resensi novel
pixabay.com

Adapun jenis-jenis contoh resensi novel meliputi :

Resensi Informatif

Suatu resensi yang menekankan sisi informasi dari suatu novel. Resensi jenis ini menyampaikan isi novel secara singkat dan umum dari keseluruhan isi novel. Contoh: Judul Resensi “Memaknai Makna Mantra Man Jadda Wa Jadda” Resensi terhadap Novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi .

Resensi Deskriptif

Pembahsan secara deskriptif tiap bahasan dan bab-bab novel. Penyampaian pembahasan bersifat detil. Contoh: Judul Resensi “ Jalan Cahaya: Ketulusan Cinta Ilahi “ Resensi terhadap Novel Catatan Hati Seorang Istri karya Asma Nadia.

Resensi Kritis

Hal ini merupakan tingkat resensi tertinggi. Resensi kritis novel menempatkan peresensi sebagai kritikus novel. Secara gamblang dan objektif menguliti keseluruhan isi novel. Resensi jenis ini menggunakan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Contoh: Judul “Nilai Feminisme terhadap Novel Saman Karya Ayu Utami.”

Unsur-unsur Resensi Novel

unsur-unsur membuat cerpen
pixabay.com

Merujuk pada pendapat Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi meliputi :

Membuat Judul Resensi

Buatlah judul resensi yang menarik dan mewakili seluruh isi tulisan.Penulisan judul bisa di awal tulisan atau akhir tulisan. Judul bersifat bebas. Judul justru lebih mudah ditulis sesudah tulisan resensi selesai. Sebab, judul akan lebih tepat atau menjiwai ketika tulisan telah selesai.

Coba Bandingkan dengan cerpen, lihat di artikel Unsur-unsur Cerpen

Menyusun Data Buku

Untuk mengawali menulis resensi tahap awal dengan menyusun data buku terlebih dahulu. Data buku biasanya disusun sebagai berikut:

  1. Judul buku

Jika buku itu termasuk buku hasil terjemahan tuliskan pula judul aslinya setelah penulisan judul terjemahan.

  1. Pengarang

Selain pengarang tuliskan pula tim dari pengarang. Tim ini meliputi penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.

  1. Penerbit
  2. Tahun terbit beserta cetakannya. Edisi cetakan ke berapa
  3. Tebal buku
  4. Harga buku

Membuat Pembukaan

Dalam bab pembukaan sistematika penulisan resensi sebagai berikut :

Pertama, langkah awal ketika meresensi. Pertama-tama buatlah uraian tentang latar belakang pengarang. Cantumkan asal-usul pengarang, riwayat pendidikan, riwayat hidup singkat, buah karya yang pernah dibuat dan pencapaian prestasi pengarang.

Kedua, membandingkan novel resensi dengan novel pengarang lainnya. Ulasan perbandingan novel ersebut mengetengahkan kekhasan pengarang. Dalam artian, misal kecenderungan pengarang dalam menulis novel bertemakan sosial, tentu novel-novel tema sosial menjadi standar kriteria penilaian untuk mengulas antara novel resensi dengan novel lain milik pengarang.

Perbandingan antar karya novel pengarang mengungkap sisi keunikan novel. Misal novel sejenis tema sosial, dicari keunikan masing-masing novel. Selanjutnya, penjabaran kemudian ulasan berupa kritikan dan kelemahan novel.

Ketiga, tuliskan pujian terhadap kelebihan novel. Ulasan positif terkait dengan isi novel. Biasanya ulasan positif ini terletak pada gaa bahasa, pemilihan tema novel, dan alur cerita novel.

Keempat, memberikan kesan terhadap novel. Setelah mengulas novel, tugas meresensi selanjutnya adalah memberikan kesan novel tersebut. Perlu diingat, misalkan novel resensi mempunyai banyak kritikan dan kelemahan, namun seyogyanya peresensi tetap merekomendasikan novel tersebut dibaca oleh para khalayak.

Itulah mengapa bahwa sejatinya, tulisan resensi adalah tulisan yang bisa dimanfaatkan untuk mengenalkan selaligus memperomosikan novel tesebut.

Kelima, bagian ini peresensi menguraikan secara ringkas profil penerbit.

Keenam, peresensi melontarkan pertanyaan dan membuka ruang dialog dengan pembaca. Gaya bahasa penulisan memposisikan peresensi sedang berbicara dengan pembaca. Pembicaraan 2 arah melalui ulasan resensi membahas novel resensi.

Catatan sistematika penulisan resensi novel akan berbeda dari standar penulisan resensi novel pada umunya. Seperti kasus resensi di kolom Koran atau majalah tertentu, tergantung pada jumlah karakter ruang kolom resensi dan jenis resensi.

Misal majalah X menerima resensi novel dengan model penyantuman identitas buku dan jenis resensi informatif. Sementara Koran Y memeberikan ruang resensi berupa ulasan singkat novel tanpa pencantuman identitas lengkap novel.

Cara Membuat Contoh Resensi Novel

cara membuat contoh resensi novel
pixabay.com

Setelah memahami jenis-jenis contoh resensi novel, selanjutnya, langkah-langkah cerdas untuk membuat resensi novel adalah sebagai berikut:

  1. Jika Hasil Resensi Akan Dikirim ke Majalah, Koran atau Media Lainnya.

Usahakan novel yang diresensi merupakan novel baru. Maksimal periode novel tersebut masih berada di jangka waktu setahun terbit pada tahun terbaru. Tema dan jenis novel yang banyak diburu pembaca. Namun apabila pembuatan resensi novel hanya sekadar keingintahuan dari sebuah novel, maka resensilah sesuai sistematika resensi secara umum.

2. Mengenali Novel yang Akan Diresensi.

Berupa mengenali tema novel, jenis novel, deskripsi isi novel, penerbit novel, pengarang novel, tanggal dan tempat terbit, format novel, tebal novel, jumlah halaman, harga novel, latar belakang pengarang, pendidikan pengarang, reputasi dan prestasi penagarang.

3. Membaca Novel yang Akan Diresensi.

Hal ini merupakan tahap wajib dan mutlak bagi peresensi. Bacalah novel dengan komprehensif, cermat, teliti, tidak terburu-buru. Tentukan dan temukan pokok permasalahan dari isi novel. Pahamilah peta permasalahan novel secara mendalam.

4. Mencari, Menandai dan Menulis Catatan Penting dari Pembacaan Novel.

Telitilah setiap kata, kalimat, paragraf hingga narasi teks novel, mencari bagian atau hal-hal penting untuk dijadikan bahan, data dan sumber tulisan resensi nantinya.

5. Buatlah Sinopsis atau Ringkasan Singkat dari Isi Novel Tersebut.

6. Membuat Kerangka Tulisan Resensi.

Kerangka membantu kita ketika menulis, mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar dan kriteria kerangka tulisan resensi :

Kerangka Contoh Resensi Novel

Memperhatikan kesinambungan antar bagian satu dengan bagian yang lainnya. Memperhatikan sistematika penulisan baik dan benar.

Isi Pernyataan

Aspek isi pernyataan meliputi penjabaran ide, analisis isi novel, penyajian data, pemikiran, bahasa dan ejaan sesuai Ejaan Yang Disempurnakan, penggunaan kata dan kalimat.

Aspek Teknis

Adapun aspek teknis meliputi aspek tata letak, tata wajah, kerapian,dan  kebersihan cetakan. Misal cetakan dobel, halaman cetakan ada yang hilang, tinta terlalu tebal atau tipis.

Contoh-contoh Resensi Novel

1. Tan Malaka: Antara Heroik dan Klenik

(Contoh Resensi yang Dimuat di Koran Media Indonesia)

contoh resensi novel kritis
ilustrasi Academic Indonesia
Contoh resensi novel kritis tentang sejarah
Academic Indonesia

Jenis Resensi Kritis

Peserta Obrolan Pembaca Media Indonesia menyelisik jejak Tan Malaka pada
kisah fiksi “Pacar Merah Indonesia 2”

Media Indonesia Rubrik “Jendela Buku” edisi Sabtu (28/8/2010)

Pada tanggal 17 Agustus 2010, pembaca Media Indonesia menyelenggarakan diskusi dan bedah buku Pacar Merah Indonesia (PMI) 2. Bedah buku tersbut bertujuan untuk mengenali sosok Tan Malaka secara mendalam. Sosok berjasa dalam perjuangan bangsa Indoensia. Buku PMI 2 menceritakan ulang kisah Tan Malaka dalam bingkai tulisan fiksi sejarah.

Sekitar tahun 1938, nama Patjar Merah Indonesia julukan Tan Malaka terkenal di Medan. Sosok pemuda itu menjadi tokoh utama dari karangan-karangan pengarang. Salah satunya kisah sejumlah roman picisan di Medan. Salah satunya karangan Matu Mona Spionnage-Dienst ( Patjar Merah Indonesia).

Secara singkat kisah roman picisan itu menceritakan sosok Tan Malaka. Pemikiran dan perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia. Roman picisan itu juga mengetengahkan masa getir Tan Malaka. Ketika mendapat intimidasi, ancaman dari pihak tertentu.

Buku yang dibedah memiliki judul asli Rol Patjar Merah Indonesia Cs, diterbitkan Publishing pada tahun 2010. Hasil diskusi terpulikasikasikan di rubrik Jendela Buku Media Indonesia. Catatan lengkap dapat mengakses Media Indonesia mulai September 2010.

Siapa Tan Malaka? Nama Tan Malaka sangat populer di kalangan para aktivis, dan akademisi. Tan Malaka dikenal sebagai sosok pemikir hebat. Namun kesohorannya belum mampu menandingi sosok Soekarno.

Meski demikian buku fiksi Patjar Merah Indonesia (PMI) 2 sangat menjunjung nama Tan Malaka. Buku tersebut menampilkan sosok Tan Malaka sebagai tokoh yang berjasa dan heroik.

Penggambaran sosok Tan Malaka dalam PMI 2 tampil berani. Pemikiran-pemikiran tajam dan kritis Tan Malaka sangat dominan. Hal ini berbeda dengan buku- buku tentang Tan Malaka lainnya. Seperti buku Madolig dan Dari Penjara ke Penjara.

Bahkan, perbedaan kontras kentara pada buku Dari Penjara ke Penjara. Pasalnya dalam buku tersebut menampilkan sosok Tan Malaka ‘underground’. Penggambaran Tan Malaka yang menutup diri dari publik. Mobilisasi pergerakan secara sembunyi-sembunyi.

Di sisi lain buku PMI 2 terlalu mengangkat sisi personalitas Tan Malaka. Imajinasi Matu Mona selaku pengarang (penulis buku) terlalu mendominasi. Kentara novel tersebut adalah novel sejarah yang dibumbui dengan romantisme perjalanan Tan Malaka.

Kelemahan cerita fiksi bercampur dengan sejarah, biasanya ada pengaburan fakta sejarah yang terjadi. Meski masih dalam koridor sejarah. Penonjolan karakter sosok publik (missal Tan Malaka dalam  buku PMI 2) sebaiknya sesuai takaran pembahasan masalah buku.

Matu Mona sendiri saat itu juga disebutkan memiliki informasi yang minim tentang Tan Malaka. Disebutkan Matu Mona hanya pernah bertemu dengan Tan Malaka selama 15 menit di Singapura. Kemudian catatan perjalanan Tan Malaka, biasa dia dapat dari surat-surat Tan Malaka yang di kirimkan ke pemimpin redaksinya.

Selain itu dalam pembacaan saya, terlihat Matu Mona kurang data dan informasi tentang Tan Malaka. Penggalian data masih kurang mendalam. Hal itu memberi nilai minus- pada komprehensif tulisan, dan akurasi buku PMI 2.

Matu Mona meyandarkan informasi pada catatan pertemuan Matu Mona dengan Tan Malaka selama 15 menit di Sinagapura. Serta catatan perjalanan Tan Malaka dari surat-surat Tan Malaka kepada pemimpin redaksinya.

Berdasarkan data minim itu membuat konteks pencitraan Tan Malaka menyerupai tokoh Minke dari buku fiksi Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Pencitraan tokoh sangat dipengaruhi oleh imajinasi pengarang.

Jadi, jika terlontar pertanyaan siapa Minke? Minke adalah Minke. Minke tokoh imajinatif buatan Pramodya Ananta Toer. Ada sosok ke’aku’an Pram yang diwujudkan dalam tokoh Minke.

Model konstruksi tokoh seperti Minke dalam buku Bumi Manusia karya Pram, telah menjebak Ratu Mona dalam imajinasinya sendiri. Padahal poin utama buku PMI 2 tertletak pada pemikiran-pemikiran kritis Tan Malaka. Pembangunan konsep cerita ala Ratu Mona menempatkan Tan Malaka justru sebagai tokoh utama ‘novel’ biasa.

Ganjalan

Terlepas dari konteks penggambaraan Tan Malaka yang terlalu imajinatif. Secara garis besar saya sangat menikmati novel sejarah ini. Kisah perjalanan Tan Malaka berkujung dari ke negara-negara lain digambarkann secara detil.

Ratu Mona sangat piawai merekontruksi kisah perjalanan Tan Malaka. Melalui buku ini sosok Tan Malaka seolah hidup kembali. Sangat terasa jengkal-demi jengkal yang dilalui Tan Malaka dalam usahanya merebut kemerdekaan Indonesia. Sisi heroik buku PMI 2 menempatkan saya pada masa silam, menyaksikan sendiri leadership tokoh Tan Malaka.

Namun di sisi imajinatif sosok pribadi Tan Malaka yang apik, mampu menghidupkan cerita. Ratu Mona terperosok pada kisah-kisah klenik. Penceritaan Tan Malaka bercampur dengan kisah klenik sangat mengganggu.

Padahal pemikiran Tan Malaka logis dan kritis. Sekiranya kisah berbau klenik dihilangkan, saya kira tidak merusak jalan cerita. Justru cerita Tan Malaka jauh lebih fokus. Tidak menyimpang dari pengaburan fakta dan imajinasi.

Pasalnya urusan klenik dalam buku fiksi sejarah juga membutuhkan validitas. Klenik dan mitos membutuhkan kerangka logis agar cerita berbau klenik dapat diterima akal. Hal itu termasuk cara yang sulit, mengingatkan pada dasarnya kisah sejarah tidak jauh dari mitos dan  klenik.

Hal mengganjal lain dari buku PMI 2 kemunculan ‘Negara Palestina’. Saya masih mempertanyakan letak korelasi antara Tan Malaka dengan Palestina. Cerita tentang Palestina pun seolah hanya tempelan. Alur dan kronologisnya tidak lengkap.

Tapi secara keseluruhan saya terkesan dengan buku PMI 2. Sosok Tan Malaka yang akrab dengan komunis. Buah pemikiran kritis Tan Malaka menjiwai setiap pergerakan sosialnya. Paling dramatis diakhir kisahnya Tan Malaka berganti haluan ke agamis. Tan Malaka mewarnai perjuangan Islam.

Gaya Bahasa

Buku PMI 2 menggunakan gaya bahasa lama. Ejaan dan kosa kata lawas. Hal ini membutuhkan penyesuaian. Banyak pembaca akan kesulitan memaknai maksud tulisan. Mereka harus berikhtiar lebih membolak-balik kamus lama. Untuk mencari maksud dari kalimat tertentu.

Efektivitas kalimat juga menjadi sorotan utama. Banyak dijumpai kalimat-kalimat panjang. Pengarang terkesan memutar-mutar kalimat untuk menjelaskan satu pokok pikiran. Padahal untuk membahasa satu pokok pikiran bisa dengan satu atau dua kalimat pendek.

Tidak kalah penting pemakaian catatan kaki. Penggunaan istilah asing dan penjelasan masih kurang lengkap. Ada beberapa bagian istilah asing tidak mendapat catatan kaki.

Lalu ilustrasi foto atau gambar. Peletakan foto atau gambar beberapa tidak sesuai konteks. Peletakan gambar justru tidak bermanfaat karena tidak menjelaskan maksud tulisan.

Bagi pecinta ilmu mengenal sosok Tan Malaka melalui PMI 2 tidaklah sia-sia. Terlepas dari kekurangannya buku PMI 2 cukup memuaskan dahaga pembaca. Untuk menelusuri perjalanan dan pemikiran Tan Malaka.

Buku PMI 2 menjembatani kita untuk kembali ke masa lalu melalui pemikiran Tan Malaka. Hemat saya, sangat perlu buku PMI 2 memiliki kelanjutannya. Berupa buku PMI 3 babak episode lanjutan kisah Tan Malaka.

2. Resensi Novel Bunga Cantik di Balik Salju

contoh resensi novel informatif
Academic Indonesia

Jenis Resensi Informatif

Identitas Buku

Judul                     : Bunga Cantik di Balik Salju

Penulis                   : T. Andar

Penerbit                 : DIVA Press

Kota Terbit            : Yogyakarta

Tahun Terbit          : 2011

Cetakan                 : Ke-1

Deskripsi Fisik      : 458 hlm.; 19,5cm.

ISBN                     : 978-602-978-667-5

Sinopsis – Contoh Resensi Novel Bunga Cantik di Balik Salju

Lana adalah gadis muda yang berusia 19 tahun. Dia mempunyai sahabat baik Emi. Persahabatan Lana dengan Emi amat baik. Hingga ketika Emi melahirkan Lana selalu mendampinginya. Bahkan ketika Emi meningal, dia mempercayakan bayinya kepada Lana. Karena ayah kandung bayi itu, Brian tidak mau bertanggung jawab kepada Denniz. Brian tidak mau mengakui Denniz sebagai darah dagingnya.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Lana hidup bersama Denniz. Bak anak kandungnya sendiri, Lana sangat menyanyangi Denniz. Namun konflik terjadi dari keluarga Lana. Keluarga Lana setengah hati menerima Denniz sebagai anggota batu keluarga.

Lambat laun dengan kesabaran dan ketulusan. Mata hati keluarga terbuka. Perlahan-lahan mereka mau menerima kehadiran Denniz. Mereka mau merawat dan membanu Denniz.

Ketika usia Lana menginjak 25 tahun. Lana memutuskan untuk pindah tempat tinggal. Lana memilih hidup sendiri bersama Denniz. Lana membiayai kebutuhannya dengan bekerja sebagai staf pengajar di sebuah lembaga pendidikan asing.

Meski sudah hidup mandiri, rupanya cobaan silih berganti terus menyerangnya. Lana sering mendapat caci, hinaan, ejekan dari tetangga dan lingkungannya. Lana terus mempertahankan Denniz. Lana sudah menganggap Denniz sebagai anak kandungnya sendiri.

Lana yang berkarakter tegar dan tegas. Tidak memperdulikan asumsi miring tentang dirinya.Lana terus optimis menatap ke depan. Memperjuangkan hidupnya dan Denniz.

Terlalu sibuk dengan Denniz, menjadikan Lana lupa dengan hidupnya sendiri. Di usia matang 25 tahun Lana masih sendiri. Hingga takdir mempertemukannya dengan Dhimas. Dhimas adalah lelaki tampan pujaan banyak wanita.

Dhimas mencintai Lana dengan tulus. Dhimas tetap menerima Lana meski mengetahui Lana seorang ibu beranak satu. Dhimas melihat jauh sisi pribadi Lana daripada sisi luarnya. Yang mengesankan Lana ibu beranak satu yang identik dengan janda. Dhimas belum mengetahui rahasia sebenarnya.

Keseriusan Dhimas kepada Lana mengantarkan hubungan mereka pada jenjang yang serius. Dhimas memperkenalkan Lana kepada keluarganya. Di saat momen itulah terbongkar rahasia besar Lana. Rahasia yang mengungkap Lana belum pernah menikah dan ibu angkat dari Denniz.

Terbongkarnya rahasia itu mengantarkan cinta Lana dan Dhimas pada pelaminan.

Unsur Intrinstik Novel

Setelah membuat sinopsis novel Bunga Cantik di Balik Salju. Langkah selanjutnya dengan mengulas unsure intrinsik dari novel. Unsur intrinsik meliputi :

Tema

Seorang wanita yang kuat dan tegar. Wanita tulus merawat seorang bayi sahabatnya ketika ia sendiri masih sangat muda.

Tokoh

    1. Tokoh Utama : Maulana Andara Restu
    2. Tokoh Kedua : Denniz
    3. Tokoh Ketiga : Dhimas Mahesa
    4. Tokoh Pembantu : Megan, Fany, Dhyas, Yudha, Rindra, Pak Sinclair, Ruben, Yudha, Brian
    5. Tokoh Piguran : Pak Rudi, Bu Rina, Hendra, Diki, Anggra, H. Bakrie, Emi

Penokohan

    1. Maulana Anadara Restu : Sosok perempuan yang kuat dan tegar, mandiri sejak muda, dan sangat menyayangi Emi sahabatnya yang telah meninggal, juga sangat menyayangi anak angkatnya yaitu Denniz.
    2. Denniz : Anak kecil yang lucu, pintar, cuek dan manja.
    3. Dhimas Mahesa : Sosok laki-laki tampan, cuek dan mapan. Ia sangat menyayangi Denniz dan Lana.

Alur

Alur maju mundur. Alur kisah novel dibuka dengan perkenalan kehidupan tokoh Lana. persahabatan Lana. Lalu muncul konflik batin antara Lana dengan keluarganya. Alur selang-seling maju dan mundur. Ending cerita bahagia dengan pernikahan Lana dengan Dhimas. Serta diterimanya Denniz sebagai bagian dari keluarga mereka.

Sudut Pandang

Sudut pandang orang pertama

Amanat

    1. Semua anak dilahirkan dalam keadaan suci. Tidak ada isitilah anak haram. Anak haram hanya stigma negative dari lingkungan sosial yang mengabaikan nilai kemanusiaan. Saling tolong-menolong sesame manusia.
    2. Hamil di luar nikah adalah perbuatan dosa. Yang berdosa adalah pelaku perbuatan itu. Bukan anak hasil hubungan mereka. karena anak mereka hanyalah korban.
    3. Selalu yakin dan percaya kepada takdir Tuhan. Jalan yang Tuhan pilihkan adalah yang terbaik untuk kita.

Keunggulan dan Kelemahan Novel

Keunggulan Novel

Menilai nilai positif dan nilai tambah dari isi novel :

  • Novel ini mengajarkan kita ketulusan arti tegar, kuat, mandiri
  • Kata-katanya mudah dicerna
  • Pewatakan tokoh mudah jelas
  • Alur cerita bagus. Perkenalan, klimak dan penyelesaiannya apik. Ramuan alur campuran maju-mundur mudah dipahami. Alur tersebut membuat kita menjadi semakin penasaran.

Kelemahan Novel

Menilai kekurangan keseluruhan isi novel :

  • ada beberapa bab cerita yang tidak perlu diceritakan. Terkesan pemborosan cerita. Yang belum tentu ada kaitannya dengan konteks cerita pokok.

Kesimpulan

Terlepas dari kekurangnnya, novel ini bacaan yang bermutu. Asupan gisi yang baik bagi para pembaca. Di dalamnya sarat muatan moral berupa ketulusan, dan berpikiran positif. Biasanya masyarakat mudah menghakimi seseorang tanpa menetahui kejadian yang sebebanrnya.

Novel ini juga mengajarkan pembaca tentang pentingnya optimisme, kerja keras, mandiri, tegas dan huznudhon kepada takdir Tuhan Yang Maha Esa.

Tinggalkan komentar