Contoh CRITICAL RESPOND Nilai C+

Contoh CRITICAL RESPOND Nilai C+

Nama              : Zamhari

Magister S2    : Komunikasi dan Penyiaran Islam (2018)

Book Identity

Judul              : Filsafat Ilmu; Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Pengarang      : Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM

Penerbit          : Liberty Yogyakarta

CRITICAL RESPOND

Menarik membaca buku bertajuk Filsafat Ilmu; Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Di dalam Bab III mengenai Ruang Lingkup dan Kedudukan Filsafat Ilmu telah dijabarkan dengan jelas bahwa filsafat merupakan mother of sains. Maknanya, filsafat menjadi ilmu pokok di dalam ilmu pengetahuan, bahkan untuk memperluas cabang ilmu juga diperlukan filsafat sebagai pengurai benang merah.

Namun, ada beberapa hal yang penulis garis bawahi mengenai buku karya Tim Dosen UGM tersebut. Pertama, terdapat di halaman 56 yang menjelaskan tentang perbedaan filsafat dan ilmu. Di buku tersebut dijelaskan bahwa filsafat dan ilmu mempunyai banyak kesamaan yakni keduanya tumbuh dari sikap reflektif dan sikap bertanya yang tidak memihak terhadap kebenaran. Menarik membaca buku bertajuk Filsafat Ilmu; Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Di dalam Bab III mengenai Ruang Lingkup dan Kedudukan Filsafat Ilmu telah dijabarkan dengan jelas bahwa filsafat merupakan mother of sains. Maknanya, filsafat menjadi ilmu pokok di dalam ilmu pengetahuan, bahkan untuk memperluas cabang ilmu juga diperlukan filsafat sebagai pengurai benang merah.

Kalimat “sikap bertanya” mengingatkan penulis tentang kisah Bani Israil. Suatu hari, ada seorang konglomerat dari Bani Israil yang mati terbunuh. Kemudian dari kaumnya meminta pendapat kepada Nabi Musa agar diberi petunjuk siapakah pelakunya.

Nabi Musa pun memerintahkan kepada mereka untuk menyembelih seekor sapi (Baqarah). Namun, Bani Israil malah banyak bertanya yang tidak perlu, mulai dari warna, umur, jenis kelamin dan sebagainya. Padahal, bila dilihat dari makna bahasa, baqarah mempunyai arti sapi dalam pengertian umum tidak jantan tidak betina.

Jangan Mempersulit Diri Sendiri

Dari cerita di atas, sebenarnya Bani Israil hanya ingin mempersulit diri untuk menemukan kebenaran. Dengan banyak bertanya, akan muncul hal-hal yang memberatkan seperti halnya spesifikasi sapi yang hendak disembelih. Alhasil, begitulah cara membangkangnya Bani Israil, mereka mengaku bahwa sapi yang dimaksud susah sekali dicari.

Dalam hal berfilsafat, bertanya adalah sebuah usaha untuk memperdalam wawasan. Begitupun dengan mempertanyakan. Yang perlu digarisbawahi manakala seorang filosofis yang hendak memecahkan masalah namun yang ia lakukan hanya banyak bertanya. Padahal, di dalam tradisi Islam, banyak bertanya merupakan hal yang kurang positif bila belum mencapai tingkatannya.

Lantas, seperti apa yang seharusnya dilakukan seorang muslim untuk memantik filsafat di dalam dirinya tanpa harus banyak bertanya? Di dalam Al Quran itu sendiri telah dijelaskan bahwa banyak ayat yang menjelaskan tentang berfilsafat. Kita tahu bahwa pangkal dari filsafat itu sendiri adalah berpikir; seperti halnya dalam surah Ali Imran ayat 190.

Allah Rabb telah menganugerahkan akal sebagai pembeda dari makhluk lainnya. Dengan akal, manusia bisa memahami semua ciptaan Allah baik yang di darat, laut maupun udara. Dengan akal pula, manusia diberikan kelebihan untuk menemukan kepuasan rasa penasarannya. Melalui akal, manusia bisa memaksimalkan potensinya guna mencari jalan keluar dan mencintai kebijaksanaan. Kenanglah bahwa banyak bertanya tanpa ilmu hanya akan mengeraskan hati.

Dari critical respond di atas, penulis mencoba menegaskan bahwa sebesar apapun hasil pemikiran manusia, tetap saja manungsa niku mung sak derma (manusia hanya kecil, tidak ada apa-apanya). Kebenaran yang didapat hanya seluas pandangan panca inderanya. Tidak lebih. Sedangkan Allah Maha Menyeluruh.

Tinggalkan komentar