Tahun Baru, Tahun Perubahan

Tahun Baru
#WeChange

Tahun baru 2016 sudah di depan mata. Di pertengahan tahun nanti, Bangsa Indonesia ditantang turut berpartisipasi dalam ajang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Komunikasi di berbagai negara seakan tanpa batas, semua membaur menjadi satu kesatuan masyarakat dalam lingkup Asean. Hilir mudik pertunjukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pun diadu melalui pasar bebas.

Pertanyaannya, akankah bangsa ini menjadi pengendali arus (driver), atau malah terhanyut arus (passanger)?

Manusia Baru, Baru Manusia

Peradaban sebuah bangsa hanya bisa dibangun melalui manusianya. Sikap mudah mengeluh, melakukan korupsi ataupun melenceng dari fitrah adalah ciri-ciri manusia tanpa daya juang.

Tanpa daya juang, yang lahir hanyalah manusia-manusia rigid, tak menghargai proses, terlebih menghalalkan segala cara dengan mengatasnamakan anugerah, berkah, atau berdalih tak menyukai dunia ilmiah.

Daya juang akan terlahir apabila manusia yakin bahwa keberhasilan adalah buah dari proses. Proses itulah yang akan mendewasakan pemikiran, sikap dan perbuatan menuju perubahan. Perubahan yang baik tentulah melalui proses yang baik pula. Bersabar di atas liku-liku perihnya kehidupan, serta aktif berpikir merancang solusi kehidupan. Itulah dasar untuk melakukan perubahan!

Meminjam istilah Prof. Rhenal Kasali, Ph. D., selaku Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia (UI), manusia Indonesia perlu mengaktualisasikan diri di ajang dunia global dengan memposisikan diri sebagai driver, bukan passenger.

Driver memungkinkan seseorang untuk menyetir dan menjadi pelaku utama sebuah perkembangan zaman. Hal ini sangat penting karena baik-buruknya zaman akan terletak pada siapa drivernya.

Seorang driver bukan hanya menjadikan orang lain sebagai passenger, namun juga seorang driver yang peka di mana saat yang tepat untuk mengambil peran sebagai driver atau passanger. Dengan demikian, masyarakat Indonesia perlahan-lahan akan menjadi pribadi-pribadi yang berkarakter professional, mampu menempatkan sesuatu yang tepat.

Perluas Akses Informasi

Salah satu adanya kebodohan massal tidak lain karena minimnya akses informasi. Minimnya akses informasi menjadikan manusia-manusia kaku dan sulit bergerak untuk pindah dari titik satu ke titik selanjutnya yang lebih baik.

Padahal, di luar sana banyak sekali berbagai kemudahan, peluang dan kesempatan. Cakrawala informasi inilah sebagai pintu gerbang pembuka pikiran manusia menuju persaingan global.

Begitu pentingnya layanan akses informasi. Seorang driver, tidak akan mengetahui jalan yang akan dituju oleh passangernya bila ia buta informasi. Ia takkan mampu memimpin dirinya sendiri, terlebih anak buahnya.

Maka dari itu, perlu akses informasi yang luas agar masyarakat Indonesia mengenal berbagai hal yang membuat daya pikir senantiasa berkembang dan terus maju. Adanya informasi juga akan meningkatkan kemampuan nalar yang akan menjadi stimulus lahirnya kemungkinan-kemungkinan di masa yang akan datang.

Revolusi Mental

Melihat iklan di televisi mengenai revolusi mental, penulis sependapat dengan istilah seorang budayawan Acep Ridwan Saidi bahwa Jokowi mengisyaratkan ingin membangun Indonesia melalui pinggiran.

Meskipun Iklan tersebut mendapat banyak kritikan, setidaknya iklan tersebut mampu menghegemoni masyarakat Indonesia untuk segera bergerak merevolusi mentalnya masing-masing.

Oleh karena itu, pergantian tahun kali ini adalah momentum yang tepat untuk merealisasikan perubahan di setiap lini kehidupan. Terlebih perubahan yang baru-baru ini didengungkan pemerintah melalui program revolusi mental.

Perlu diketahui bahwa perubahan dari yang tak bermental menjadi bermental tidak akan terwujud bila pejabat selaku driver pemerintahan tidak memberi teladan. Pejabat dan rakyat adalah driver, maka sudah sepantasnya dua-duanya melakukan perubahan mental. Selamat Tahun Baru! Selamat melakukan perubahan!

 

Tinggalkan komentar