Mengenal Semiotika Model Ferdinand De Saussure

Semiotika Ferdinand saussure
penjelasan Semiotika Ferdinand saussure
  • Amin Nugroho, S. Kom. I
  • Menyukai Dunia Desainer, Drumb Band dan Ilmu Komunikasi
  • Email: [email protected]

Seperti dalam tulisan saya sebelumnya mengenai pengertian semiotika, saya telah berjanji untuk menuliskan beberapa model semiotika. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan semiotika model Ferdinand de Saussure.

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih pada mas Bams yang mengoreksi tulisan saya, dalam kolom komentar tulisan saya tersebut beliau menuliskan bahwa Ferdinand de Saussure bukan berasal dari Swedia, tapi dari Jenewa, Swiss dan saya mengakui kesalahan saya.

Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.

teori semiotika FERDINAND DESAUSSURE vespa
otomotiva.blogspot.com

Telah saya sampaikan sebelumnya Ferdinand de Saussure menciptakan teori semiotika berangkat dari pemahaman linguistik, oleh karena itu semiotikanya dikenal dengan semiotika linguistik. Menurut Saussure (dalam Mudjiyanto dan Nur, 2013) ada tiga kata dalam bahasa Perancis yang merujuk pada ‘bahasa’, yakni parole, langage, dan langue.

Parole adalah ekspresi bahasa yang berasal dari pikiran masing-masing individu. Oleh karena itu parole tidak bisa disebut dari fakta sosial karena ia keluar dari pikiran masing-masing individu, terlepas kaidah bahasa yang digunakan oleh masing-masing individu tersebut.

Selanjutnya, langage merupakan gabungan dari parole dan kaidah bahasa. Langage digunakan untuk seluruh masyarakat tapi masih belum bisa disebut dengan fakta sosial karena masih adanya unsur ekspresi individu di dalamnya.

Lalu langue adalah kaidah-kaidah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat. Langue ini memungkinkan seluruh elemen untuk saling memahami. Jadi, linguistik mencari pola-pola dasar yang sama (parole) dengan realitas yang ada (langue).

Lebih lanjut, ada lima pandangan penting dalam semiotika model ini, yaitu : (1) signifier (penanda), (2) signified (petanda), (3) form (bentuk) atau content (isi), (4) synchronic dan diachronic, (5) syntagmatic dan paradigmatic.

Menurutnya tanda terdiri atas gambar atau bunyi-bunyi yang disebut dengan signifier; dan konsep dari bunyi-bunyi atau gambar tersebut yang berasal dari kesepakatan yang kemudian disebut signified.

Oleh karena itu agar komunikasi antar beberapa pihak itu terjadi kesepahaman, maka beberapa pihak tersebut harus memiliki kesamaan dalam memaknai penanda (signifier) dengan petanda (signified).

Signifier sendiri merupakan ekpresi pikiran dari orang yang menghendaki komunikasi, dengan kata lain hal ini merupakan wujud dari tanda atau simbol yang mewakili suatu hal, sedangkan signified adalah interpretasi atas tanda atau simbol yang diterimanya tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bagan di bawah ini.

SIGN (tanda)

Composed of

Signifier (penanda)      Signified (petanda)                   Referent/ External Reality (Realitas)
 

Signifier dan signified ini adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam memahami suatu makna dalam tanda. Kedua elemen ini memiliki hubungan yang bersifat arbitrer atau semena-mena, sehingga konsep tanda dalam pandangan Saussure ini merujuk pada otonomi relatif dalam kaitannya suatu realitas.

Meskipun begitu sifat arbitrer ini bukan berarti memberikan kebebasan kepada penutur untuk mengungkapkan suatu penanda, melainkan adanya konvensi atau kesepakatan antar penutur yang  sudah melembaga dalam masyarakat.

Oleh karena itu dalam proses komunikasi antara komunikator dan komunikan harus memiliki bahasa/ pemahaman yang sama agar tidak ada hambatan.

Kode merupakan struktur yang mengorganisasi suatu tanda atau bahasa lain sistem pengorganisasian tanda. Jika suatu kode sudah diketahui maka makna dari suatu tanda dapat diketahui pula. Saussure merumuskan dua cara dalam mengorganisasikan tanda ke dalam kode, yaitu:

      1. Paradigmatik, yaitu sekumpulan tanda yang dari dalamnya dipilih satu untuk digunakan. Contohnya dari berbagai macam rambu lalu lintas yang berbentuk lingkaran, persegi, segitiga merupakan paradigma dimana simbol dapat bermain di dalamnya. Dalam semiotika paradigma digunakan untuk menemukan simbol-simbol yang tersembunyi dalam suatu teks (tanda) untuk bisa memaknai suatu tanda.
      2. Sintagmatik, merupakan pesan yang dibangun dari paduan tanda-tanda yang dipilih. Contohnya adalah rambu lalu lintas yang berwujud utuh, karena di dalamnya terdapat perpaduan dari bentuk-bentuk pilihan dengan simbol-simbol pilihan. Dalam semiotika, sintagmatik digunakan untuk menafsirkan suatu tanda berdasarkan kronologi suatu peristiwa yang memberikan makna.

Dalam kajian komunikasi, teks bukan hanya diartikan sebagai tulisan atau citra bunyi suatu tulisan, tetapi juga citra visual atas suatu tanda. Dalam kajian komunikasi, semiotika model ini banyak digunakan dalam memaknai teks-teks tersembunyi dalam iklan, lirik lagu, fotografi, iklan, maupun film.

Semiotika model Saussure ini dikembangkan lebih lanjut oleh muridnya bernama Roland Barthes, karena Saussure tidak memandang kontekstualitas atas suatu teks, artinya kalimat atau bahasa yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda dalam situasi yang berbeda pula.

Dalam kesempatan lain penulis akan menyampaikan semiotika model Roland Barthes yang terkenal dengan istilah denotasi dan konotasi-nya.

 

Referensi

Bambang Mudjiyanto & Emilsyah Nur, Semiotika Dalam Metode Penelitian Komunikasi Semiotics In Research Method of Communication, Jurnal, Volume 16 No. 1, Makassar: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar, 2013

 

Tinggalkan komentar