27 Mei dalam Sebuah Paradoks

r3dsnot.blogspot.com
r3dsnot.blogspot.com

Setengah lima pagi aku kembali terjaga,
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami dimatikan dan kepada-Nya kami akan kembali.”
Berat sekali untuk bangun,
Udara dingin meyelimuti seluruh ragaku,
Aku tak berdaya, aku malas untuk mengambil air wudhu,

Aku pun duduk dan merenung
Iya, aku membuat hukum baru,
Karena dingin, aku tidak usah sholat saja,….

Aku pun bangkit dari tempat tidurku
Aku mulai mengambil buku pelajaran SMP
Aku mulai membuka satu persatu lembaran pengetahuanku,

Namun hati ini masih gelisah, buat apa aku belajar jika tak kuamalkan?
Kutepis segala kegelisahanku yang semakin menjadi
“Ah untuk kali ini saja aku undur sholat Subuhku,”
Pasti umurku masih panjang!

Aku mencoba menenangkan diri sendiri,
Waktu berlalu tanpa terasa,
Aku merasa bosan,
Aku hidupkan musik kesukaanku Shaffix

“Sesal Saja Tiada Guna”
Seandainya waktu dapat kembali
Inginku memulai cerita sekali lagi
Awali putihnya lembaran hidup ini
Tanpa menodainya dengan warna-warni
Duniawi ?

*)
Segalanya memang mungkin terjadi
Tapi waktu yang berlari takkan berhenti
Bahkan kesempatan tuk berbaik hati
Hanya penyesalan yang terjadi berulang
Kali?

Reff:
Iringilah perbuatan buruk dengan yang baik
Niscaya pahala akan menghapus dosa
Dan berserah dirilah hanya kepada Allah
Sesungguhnya pintu maaf Allah semesta alam

Back to *)
Allah semesta alam

Aku pun kembali tenang,
Aku kan sudah berbuat baik banyak?
Pasti dah seimbang amalanku

Pasti juga Tuhan Akan mengampuniku walaupun aku mengundur solatku
Namun, keresahan semakin memuncak
“prak, prakkk, prakkk”
Tipe recorder rusak lagi, gumamku.
Aku pukul keras-keras tipenya
Perlahan suaranya pun membaik dan aku bisa mendengarkan lagu itu dengan baik lagi

Waktu menunjukkan pukul 05.56
Aku pun semakin membesarkan suara tipeku
Namun, tiba-tiba saja suara gemuruh seperti pesawat lebih hebat terdengar,
Aku pun semakin keras memukul tipe recorderku yang sudah berusia tua.

militernews.net
militernews.net

Tiba-tiba tanah bergetar dan bergoyang hebat
Cor dinding, pecahan genteng jatuh tepat didepan mukaku,
Aku pun masih tetap tenang
Aku baru sadar baru terjadi gempa bumi barusan.

Aku pun keluar kamar, dan diluar sana juga masih aman-aman saja,
kecuali kamar mandi yang atap sengnya roboh
Aku bergegas mengambil handuk
Lalu dari arah utara ayahku pulang dengan segenggam kekhawatiran

Iya, mengkhawatirkan aku dan adikku
Ayahku berpesan, “Le jangan sekolah, negoro kono bubrah, rusak kabeh bangunane,”
Namun aku tetap tidak percaya, aku pun mandi dengan atap seng yang sedikit rusak dengan mandi sambil membungkuk

Aku pun bergegas mengambil handuk kemudian berganti seragam olahraga
Akuvpun keluar menuju tempat warga yang berkumpul tepatnya di gardu tempat biasa untuk ronda
Memang bnar, kata orang, di sana banyak terdapat bangunan yang roboh

r3dsnot.blogspot.com
r3dsnot.blogspot.com

Orang mati dipinggir jalan
Sangat mengerikan, bergelimpangan disana-sini
Mendadak dari arah selatan ada 3 orang pemuda berboncengan motor dan berteriak,
“Tsunami, tsunami, tsunami,..Sudah sampai Kretek Silok, tsunami,”

Aku pun menjadi sesak, sejuta bayangan buram tetang Provinsi Aceh menerpa ingatanku,
Iya, desaku ini akan menjadi tanah lumpur, kota mati dan rata dengan tanah
Namun aku masih tidak percaya, aku pun segera lari sambil melihat kanan-kiriku Adakah orang yang tertinggal, nampaknya sudah tidak ada orang di desaku,
aku pun berlari dengan cepat menyusul orang-orang,

Ada seorang ibu yang sedang hamil, ia sangat tergopoh-gopoh
Ketika ku tanya dia menjawab, aku tidak apa-apa.

Aku pun telah sampai di kaki Gunung Mojo
Di sana keluarga besar sudah menantiku, karena aku datang yang paling akhir
Di waktu itu, kami hanya pasrah menghadap ke Selatan berharap air besar tidak menerjang tanah kami tercinta seperti di Aceh

Akhirnya setengah sembilan berlalu
Aku kembali ke kampung dan turun ke desa-desa lagi untuk melihat keadaan

kampungcokrokusuman.blogspot.com
kampungcokrokusuman.blogspot.com

Aku sholat Subuh yang saya rangkaikan dengan Dhuha
Betapa, betapa Allah sangat sayang kepadaku,

Di masjid aku disambut dengan tangisan menderu oleh ibuku
Di mana anakku, di mana anakku denok denok denok,….
Aku bingung karena turunya tidak bersamaku
Aku dimarahi habis-habisan karena tidak bisa menjaga adiku

Aku dilanda rasa bersalah
Karena aku tk mampu menjaga adikku
Aku pun mencarinya dengan perasaan gelisah
Aku sangat bingung
Akhirnya aku dapat kabar adikku sudah bertemu, aku merasa sangat bersyukur

Glung, glung,……
Gempa susulan kembali terjadi dengan kekuataan besar
Semua orang panik
Tak terkecuali ibuku

Sore pun menjemput, semua menyiapkan tempat berteduh
Tak disangka di tengah gerimisnya air mata
Hujan lebat mengguyur desa kami
Semua orang menuju ke masjid dengan seksama untuk berteduh, alhamdulillah masjid masih megah

Di malam itu aku tidak dapat tidur sama sekali
Aku lalu ambil air wudhu
Disaat itulah aku ingin sholat sepanjang umurku
Beribadah setiap waktu kepada-Mu
Berdzikir kepada-Mu
Aku takut kiamat benar-benar terjadi

Air mataku berlinang
Jiwaku terhempas
Aku adalah hamba yang ceroboh
Aku adalah hamba yang hina
Ampuni aku ya Allah,..

Gempa susulan masih sering terjadi
Apakah ini akan kiamat?

Dalam diam sambil terbaring
Aku memikirkan satu persatu doa yang pernah kulalukan
Mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala
Semua bersimbah dosa yang belum aku taubati satu persatu

Air mataku pun tak dapat kubendung
Tak terasa kumdang azan Subuh pun bergema di tengah lelapnya bayi-bayi yang tidur, ditengah gelap yang mencekam
Dalam shalat Subuhku pun air mata ini kembali berlinang

Berat mata ini menahan tangisan dalam hati yang tak dapat dibendung lagi
Selesai sholat Subuh usai,
Akupun terlelap dalam sebuah tidur yang panjang hingga menunjukkan jam 8

Hari-hari berlalu, keadaan semakin menceam
Gelapnya suasana disertai hujan deras, listrik terputus total
Terdengar berita dari dusun sebelah bahwa penjarahan terjadi di mana-mana
Semua pun terjaga untuk ronda malam
Mulai dari matahari tenggelam sampai malam usai

Sang penjarah dengan rakusnya mengambil dan memborong harta harta masyarakat yang tertinggal
Di tengah kesulitan korban gempa masih ada manusia yang menjarah,
Apakah manusai sudah tidak mempunyai nurani?
Di malam-malam berikutnya, nampak semua orang terperangah dengan kejadian yang membuat bisu bibir manusia

Kilat lewat tanpa tanda keramat
Sinarnya terang bagai matahari berlari dengan kecepatan super dahsyat.
Suasana semakin mencekam dengan adanya kejadian seperti itu
Malam itu pun aku tidak dapat memejamkan mata lagi

Sampai di akhir Subuh, aku penyakitku kambuh, asma
Dadaku pun sesak dengan hebat, aku hampir tewas
Pagi pun kugunakan untuk memulihkan kesehatanku, aku lemas dengan makanan Sarimi

Ya Sarimi, Sarimi Australia entah apa namanya….

*Catatan Gempa Jogja 27 Mei 2006
Teks asli dengan beberapa gubahan EYD

Tinggalkan komentar