Contoh Laporan Diskusi Terbaik

Pramoedya Ananta Toer pernah mengatakan, menulislah agar kamu abadi. Nah, sama halnya dengan berdiskusi. Jika hasil diskusi tidak dicatat, maka bagaimana para panitia ataupun peserta bisa mengevaluasi. Maka itulah perlunya notulensi atau laporan diskusi. Simaklah contoh laporan diskusi di bawah ini.

contoh laporan diskusi
Wikimedia

Contoh Laporan Diskusi akan membantu Anda untuk menyusun seperti apa notulensi diskusi yang benar itu. apakah hanya dicatat yang pokok-pokok saja? Ada baiknya jika laporan diskusi juga mencatat perkataan narasumber yang saat diskusi.

Contoh Laporan Diskusi

Agenda Diskusi          : Mendudukkan Kembali Akar Dan Orientasi Nasionalisme Kebangsaan Kita Sebagai Santri.

Hari / Tanggal             : 24 Oktober 2016

Pukul                           : 16.00 WIB

Tempat                        : Balai Pertemuan KARA

Pemantik Diskusi        : Fariz Siswanto

Narasumber                 : 1. Yudi Ahmadi

  1. M. Ulil Albab

Moderator                   : Asep Khumaidi,

Notulen                       : Ajeng April

Moderator :

Kita akan mendiskusikan dengan tema Mendudukkan Kembali Akar Dan Orientasi Nasionalisme Kebangsaan Kita Sebagai Santri. Para hadirin sekalian mengapa kita sampai pada tema ini?

Yakni melihat konteks kesejarahan bangsa Indonesia, bagaimana kalian peserta diskusi mewarnai perjuangan Indonesia. Di Indonesia ada 3,6 juta santri, mereka belajar di 27.000 pesantren.

Pesantren dulu dilihat sebagai sesuatu yang akan ditinggalkan tetapi ternyata kaum santri bisa menyesuaikan zaman. Kita bisa melihat penghargaan yang diberikan para Mentri. Gus dur, seorang santri, pernah menjadi presiden.

Narasumber 1 :

Yudi Ahmadi

Hari santri mengingatkan pada kita bahwa santri mempunyai peran besar. Jadi ini satu kerja maraton. Nasionalisme tidak hanya ditegakkan dengan mesin dan peluru. Bukan baris berbaris.

Di dalamnya ada elemen-elemen putik, pemikiran, komunitas. Ruppert emerson, di dalam pengalaman Barat ketika nasionalisme bangkit peran agama jadi surut.

Ketika nasionalisme bangkit kesadaran keagamaan menjadi pendorong terhadapnya. Kita sering lupa bersukur kepada penjajah, tanpa kolonialisme Belanda, Islam tidak tersebar sampai ke pelososk-pelosok.

Pesantren tidak mengambil jarak, dan tidak menjadi bagian yang terputus. Nasionalisme sesuatu yang sifatnya spiritual. Ada jenis penyakit yag diderita manusia yang tidak ada obatnya kecuali dipulangkan ke kampung halaman.

Begitu tiba di kampung halaman kemudian sakitnya sembuh. Kemudian disebut nostalgia. Penyakit yang tidak bisa disebutkan obatnya kecuali keplangan. Pesantren selalu dikaitkan dengan nama tempat.

Pesantren tidak pernah memberikan ilmu yang tercerabut dengan lingkungannya. Pesantren selain membawa orang memperkenalkan dengan dunia pendidikan tapi juga dunia kehidupam.

Nasionalisme purwa, pada tahap awal, ketika masih dijajah, pesantren menjadi semacam tempat untuk bertemu, sehingga pada waktu itu pemberontakan dipimpin oleh para ulama. Mereka bukan pemimpin pesantren tapi pemimpin masyarakat.

Setelah itu muncullah pergerakan modern, seperti Budi Utomo, Sarikat Islam, Nahdhatul Tujjar. Pemimpin pemimpin tersebut bersedia memperjuangan Indonesia dan tidak mau bekerja dengan kolonial.

Narasumber 2 :

  1. Ulil Albab

Ulama aswaja sebagai peletak dasar dan orientasi .
Kutipan naskah di Aceh membuktikan bahwa para ulama ahlus sunnah itu mengatakan NKRI harga mati. Bukan karena tanggal 22 Oktober  1945 itu adalah hari resolusi jihad.

Nasionalisme adalah produk abad 20-an. Tapi pada abad 19 kesultanan sudah menyatukan diri dan menamai diri mereka sebagai Republik Indonesia. Pelajaran di sekolah, mengungkapkan bahwa nasionalisme adalah produk sekolah abad 20.

Kasaf para kiai ditulis dijadikan wasiat. Yang kemudian dijadikan baiatnya tarikat.
Ada lima dasar dalam satu wilayah. Ketika lima dasar itu hilang, adzab Allah akan datang.

Ini membuktikan bahwa kebohongan apa yang diajarkan di sekolah bahwa nasionalisme itu muncul pada abad 20. Karena satu abad sebelumnya sudah diperjuangkan oleh para ulama.

Jihad negatif, sudah dipraktekkan para ulama pada abad 19 dengan perang. Jihad positif sampai pada suatu ijma untuk mengarahkan pada pendirian negara Republik Indonesia.

Naskah ketiga 2 tahun kemudian pada tahun 1873. Kerajaan aceh menulis surat ke Belanda. Kepada umat Islam aceh, bawah angin nusantara, al jumhuriyah. Mereka akan menyatukan diri menjadi negara RI yang belum ada tapi sudah disebut-sebut.

Jika negara konsisten bahwa peran santri terhadap negara tidak dimulai dari abad 20, bahwa lebih jauh dari itu,bagaimana para ulama bersama membangun bangsa, membangun kedaulatan wilayah, mencintai tanah air. Nasionalisme adalah spriritualitaas.

Mencintai tanah air itu riil sebagai pengembangan spiritualitas. Nasioalisme di Barat dimulai dengan atheisme. Arab juga sama, nasionalismenya sekuler lawannya kelompok ulama yang tidak pernah berjuang tidak ada pergulatan.

Berbeda dengan Indonesia, sejak jaman Walisongo yang dibangun adalah bangsa. Buahnya adalah berdirinya republik Indonesia pada abad 19. Nasionalisme seperti ini yang perlu diajarkan di sekolah-sekolah.

Nasionalisme sudah dibangun oleh pesantren melalui arab pegon. Yang ada sejak abad 10. Itu yang menjadi kesadaran berbahasa. Sudah lama sekali menyatukan melalui bahasa. Jadi bohong besar ketika dikatakan bahwa nasionalisme itu ada sejak abad 20 berkat mesin cetak.

Tokoh-tokoh gerakan nasional akan muncul melaui upaya sadar untuk membangun kedaulatan nusantara agar tidak terputus. Kesadaran ini yang dipotong melaui buku teks.  Abad 20 ini diisi dengan gagasan neo liberalisme yang menjadi lanjutan kolonialisme Belanda.

Moderator :

Membuka sesi diskusi
Penanya 1:

Panji
Saya tidak ingin bertanya, hanya ingin menyatakan pendapat saya dalam diskusi kebangsaan ini. Terkait dengan realitas Indonesia, kita dihadapkan di era keterbukaan.

Di era ini muncul paham baru yang tidak humanis dan menyebarkan isu sara. Ada oknum-oknum yang membenturkan nasionalisme dan pluralisme yang akan menimbulkan perpecahan. Acara ini saya harap tidak seremony belaka, tapi menunjukkan aksi nyata.

Penanya 2:

Romadhon,
Bagaimana kita harus mempunyai jiwa nasionalis agar kita tidak mudah terpengaruh oleh orang luar? Supaya kita menjadi jati diri kita? Bagaimana kita punya jiwa nasionalisme yang berguna bagi ekonomi kemasyarakatan, agar kita tidak menjadi kapitalis?

M.Ulil Albab :

Kita membentuk Indonesia tidak hanya dengan ukhuwwah Islamiyah tapi juga dengan ukhuwwah basyariyah dan wathaniyah. Kemunculan ekstrimis hanya ekspresi politik urban saja untuk mencari ruang.

Layanan publik kita ingin diformat dalam skema pasar. Bahayanya nanti yang mempunyai fasilitas hanya yang kaya.  Pendidikan gratis masih di level smp. Padahal di negara liberal lebih baik.

Koorperasi mengendari. Maka kita harus menjadikan negara sebagai pengendali meskipun kita tidak ingin menjadikan negara sebagai penguasa

Penanya 3 :

Tary

Apa tolak ukur dalam nasionalisme. Dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat kita belom paham.
Yudi Ahmadi :

Tolok ukur, secara matematik pecahan-pecahan tidak bisa dijumlahkan kecuali ada bilangan penyebut. Sedangkan Indonesia terdiri dari banyak pecahan. Nah, pecahan ini tidak bisa disatukan kecuali dengan satu penyebut. Seperti Indonsia, dasar negaranya sama, nasionalismenya sama.
***

Ya, seperti itulah contoh laporan diskusi yang bisa kami ulas. Semoga bermanfaat ya…

Tertarik di dunia blogger? Yuk kunjungi webnya Mas Ahmad Persatuan.id

Tinggalkan komentar